Tampilkan postingan dengan label Kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan
kisah neil armstrong masuk islam

kisah neil armstrong masuk islam

Kisah Neil Armstrong masuk islam adalah orang pertama yang mendarat di bulan. Neil pergi ke bulan menggunakan pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo, bersama rekannya Buzz Aldrin. Pergi ke bulan merupakan hal yang amat menakjubkan bagi Neil. Saat-saat masa keberhasilannya itu, tak pernah ia lupakan.

Sampai akhrinya 30 Tahun berlalu,

Saat itu neil memutuskan untuk mengambil cuti kepada pihak NASA. Ia menghabiskan liburannya dengan berwisata ke Mesir. Ini kali pertama ia mengunjungi Kairo,atau pertama kalinya ia mengunjungi sebuah negeri Islam dalam rangka berwisata mencari hiburan dan mengembalikankesegaran setelah penat menghadapi rutinitas pekerjaan.

Beralih ke Mesir, akhirnya neil bersama wisatawan lain sampailah ke sebuah hotel yang terletak di tengah kota Kairo. Setelah beres mengurus registrasi, dengan tertatih dia pergi menuju kamarnya untuk beristirahat setelah letih menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Amerika menuju Kairo. Dan ketika dia berbaring di ranjang, tiba-tiba terdengarlah kumandang adzan...


Allahuakbar….. Allahuakbar…..


Ketika mendengar seruan itu, ia berpikir bahwa ini bukan pertama kali ia mendengar seruan seperti ini. Neil berpikir keras dimana dia pernah mendengarnya sebelumnya? Neil terus berusaha mengingat, tetapi dia tetap tidakmampu menemukan jawabannya.

Kemudian ia duduk, berdiri dan berjalan menuju kamar kecil, kemudian pergi mengambil makanan fast food sebelum turun untuk makan malam di lantai dasar.

Di ruang makan ketika dia sedang mengunyah sisa makanannya sambil ngobrol bersama dua orang temannya, kembali terdengar kumandang adzan dari salah satu menara mesjid yang banyak tersebar di Kairo, ia pun lantas terdiam, mencoba menyimak & menghayati lantunan kalimat-kalimat adzan yang didengarnya.

Kemudian dia berseru memanggil salah seorang pelayan yang ada disana & bertanya dengan bahasa inggris, “apakah kamu bisa berbahasa inggris?”

Si pelayan menjawab, “bisa sedikit tuan.”

Neil tersenyum & berkata, “seruan apa yg barusan tadi terdengar?”

Pelayan tadi menjawab, “maaf saya tidak mengerti maksud tuan.”

Neil berisyarat mengumandangkan adzan dengan terbata terbata, “Allahu akbar… Allahu akbar.”

Pelayan kemudian berkata, “itu panggilan untuk sholat, panggilan kepada seluruh kaum muslimin untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat yg dilakukan lima kali sehari.”

Neil pun mengucapkan terima kasih atas penjelasannya. Kemudian dia melanjutkan makan malamnya dengan duduk diam tanpa berkata apapun. Tiba-tiba ia bangkit dan meninggalkan teman-temannya lalu naik menuju kamarnya sambil berpikir, “pasti aku mendengarnya di salah satu film yg pernah aku tonton”. Sejenak dia berhenti berpikir, “ataupun mungkin di tempat lain?”.

“Ah tidak, bukan di film, aku mendengarnya dgn telingaku sendiri menggema di udara, tetapi dimana?” Sampai dia beranjak tidur pernyataan ini masih berputar di kepalanya. Ketika fajar menyingsing, Neil terbangun oleh suara adzan yang kembali berkumandang membelah angkasa :


Allahu akbar………Allahu Akbar………


Dia pun segera bangkit, duduk di tepi ranjang seraya mengerahkan segenap perhatiannya untuk mendengarkan suara itu, bersamaan dengan berakhirnya kumandang adzan, Neil teringat kembali bayangan tiga puluh tahun silam yang masa itu merupakan masa gemilang dalam hidupnya. Ketika itu dia mengendarai pesawat luar angkasa milik USA , Apollo, yg merupakan pesawat pertama dalam sejarah yg mampu mendarat di bulan. Tiba-tiba ia sadar bahwa “Ya, disanalah aku mendengar seruan ini untuk pertama kalinya dalam hidupku.” ungkapnya.

Kemudian dia berseru dalam bahasa inggris tanpa sadar, “Wahai Tuhan yang Maha Suci, Ya Tuhan, benar aku ingat bahwa disanalah, dipermukaan bulan itu aku dengar seruan itu untuk pertama kalinya dalam hidupku, dan disini, di Kairo, aku mendengarnya di bumi.”

Kemudian dia membaca sesuatu dan berusaha untuk kembali tidur, tetapi dia tidak bisa, diambilnya sebuah buku dari dalam tasnya dan mulai membacanya untuk merintang waktu hingga pagi menjelang, dia membaca tetapi pikirannya melayang entah kemana dan dia sama sekali tidak mengerti isi buku yang dibacannya.

Dalam hati dia berharap untuk mendengar lagi seruan itu. Hingga pagi dia membaca seperti itu dengan harapan akan kembali mendengar suara adzan, tetapi seruan yang ditunggu tidak kunjung terdengar.

Akirnya dia bangkit dan pergi ke kamar kecil dan mencuci mukanya, dengan cepat ia turun ke ruang makan untuk sarapan. Setelah itu dia pergi bersama sekelompok wisatawan untuk berkeliling, sementara itu seluruh panca ineranya dia pasang untuk menantikan saat dimana dia akan kembali mendengar lantunan seruan yang menggugahnya itu. Dia ingin meyakinkan dirinya sebelum memberitahukan wisatawan yang lain akan hal penting ini.

Kemudian rombongannya memasuki sebuah Museum Fir’aun dan di saat itu ia kembali mendengar kumandang adzan yang mengalun merdu dengan irama yang indah dari sebuah pengeras suara di museum. Neil meninggalkan rombongannya dan berdiri disamping pengeras suara itu sambil memperhatikan dengan seksama, di pertengahan adzan dia berseru memanggil temannya, “ hei, kesini, dengarkan seruan ini”.

Teman-temannya datang menghampiri dengan heran. Ketika salah seorang kelihatan akan berbicara, Neil memberi isyarat kepadanya agar diam dan mendengarkan seruan itu. Barulah setelah adzan selesai, Neil bertanya kepada mereka, “apakah kalian mendengarnya?”

“ya”, jawab mereka.

“tahukah kalian dimana aku pernah mendengarnya sebelum ini? Aku mendengarnya di permukaan bulan pada tahun 1969.”

Berserulah teman dekatnya, “Mr. Armstrong, mari kita kesana untuk bicara sebentar.” Kemudian mereka berdua pergi ke salah satu sudut & mulai bercakap-cakap tentang perasaannya yang aneh.

Tak lama kemudian Neil meninggalkan rombongannya dan mencegat taxi untuk pulang ke hotel, diwajahnya terlihat kemarahan dan emosi yg berkecamuk. “Bagaimana mungkin dia berkata bahwa aku mengada-ada dan aku telah gila?” pikirnya.

Neil berdiri di kamarnya selama dua jam sambil berbaring di atas ranjang sambil menunggu-nunggu suara adzan kembali, dan saat itu terdengarlah adzan Ashar.


Allahu Akbar… Allahu Akbar…


Neil bangkit dari posisinya, berdiri lalu membuka jendela dan untuk kesekian kalinya memperhatikan seruan itu, kemudian dia berseru, “tidak,aku belum gila, aku tidak gila, aku bersumpah demi Tuhan bahwa inilah yang aku dengar di permukaan bulan.”

Neil turun ke ruang makan agak terlambat agar tidak bertemu dengan temannya.

Sampailah ketika hari liburnya berakhir, Neil beserta wisatawan lain akan pulang ke Amerika….

Neil sengaja menghindari semua teman-teman seperjalannya, hingga mereka kembali ke Amerika.

Di Amerika Neil berusaha mendalami agama Islam, disaat itu ia mulai tertarik dengan Islam. Akhirnya, beberapa bulan kemudian, ia mengumumkan keislamannya, dan mengungkapkannya dalam suatu wawancara bahwa ia menyatakan masuk islam karena dia telah mendengar kumandang adzan dengan telinganya sendiri di permukaan bulan.

Asyhadu an laa ilaaha illallaah…

Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah…

Tetapi tak lama kemudian datanglah sepucuk surat dari NASA, berisi keputusan tentang pemecatannya dari pekerjaannya. Pendeknya NASA berlepas diri dan tidak mau membantu astronot yang pertama mendarat di bulan itu, karena dia menyatakan diri masuk Islam, dan menyangkal tentang terdengarnya adzan di permukaan bulan.

Neil Armstrong berseru dalam sebuah majalah mempertanyakan pertanggung jawaban mereka perihal keputusan pemecatannya, “Memang aku kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah”.

believe it or not. subhanallah.berita-mengenai-islam
kisah islam tentang kematian

kisah islam tentang kematian

kisah islam tentang kematian Cerita Menarik dari Syaikh Wahid Abdussalam Bali, Pakar Ruqyah Mesir
Ini adalah kisah nyata di Mesir yang diceritakan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali dalam sebuah ceramahnya:
Seorang pemuda memanggil taksi untuk mengantarkan ibunya yg sedang sakit ke rumah sakit. Setelah mereka berdua masuk, sopir taksi membawa mereka ke rumah sakit. Namun, dalam perjalanan, si anak tiba-tiba meminta agar taksi berhenti agar ia bisa segera keluar mendapatkan obat untuk ibunya yg semakin sekarat.
Saat ia pergi, keadaan ibunya semakin memburuk, dan Subhanallah sopir taksi itu melihat tanda-tanda kmatian pada perempuan itu. Dia segera beralih ke sisinya dan membimbingnya utk bersyahadat (kesaksian iman), sesuai dengan hadits yg dia ketahui :
“Barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), ia akan masuk surga.” [Abu Dawud]. Sang ibu memandang si sopir dan seolah percaya akan hal itu. Akhirnya dia mengucapkan ‘kata-kata iman, laa ilaaha illallaah’ sebelum nafas terakhirnya.
Ketika anak itu kembali, si sopir memberitahukan kabar duka tersebut. Anak laki-laki itu langsung pergi berlari ke sebuah tanah lapang sambil terus menangis, ia hampir saja berteriak histeris.
Namun sopir taksi itu pun mendatangi dan menghiburnya lalu berkata, “Jangan khawatir, aku telah membantunya mengucapkan syahadat dan alhamdulillah dia mengucapkannya dengan
suara yang sangat jelas.”
Anak itu kemudian berteriak keras, “Apaa!!! Mengapa Anda melakukan itu kepada ibuku???!!! Tidak tahukah Anda kalau kami adalah penganut Kristen ??!!! “
Subhanallah, keajaiban takdir dari Allah. Anda tidak akan tahu di manakah kematianmu dan kata-kata/perbuatan nterakhir yang Anda kerjakan. (Wanita yang meninggal) itu adalah seorang ibu Kristen Koptik yang sedang menghadapi pergolakan kematian dan Allah menyelamatkannya tepat pada waktunya.

Dari Ustadz Najmi Umar Bakkar.:
Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya.Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana baktinya yang luar biasa ?
Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetarlah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya.
Dalam salah satu khutbahnya,
Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya.
“Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan !
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”
Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya.
“Lihatlah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh !!“
Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah – semoga Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan
beriman -. Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya.
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”
Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya :
“Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak.
Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara ?”
Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata :
“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku”
Maka sang ibu pun langsung menimpali : “Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak“
Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda ? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia ?
Janganlah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira).
Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para Malaikat akan turun kepadanya seraya berkata : “Janganlah kalian takut”
Di mana kejadian itu ? Di atas kasur ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir.
“Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih. Berbahagialah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian” [Qs.Fushilat : 30]

Semoga Allah memberikan kita semua akhir yang baik. Amiin…
Disalin dari status Abu Musyari El-Hafidzi via Moslem Channel
Dipublikasikan kembali oleh www.KisahIslam.net
kisah islam jaman dulu Ashim bin Amir At-Tamimi

kisah islam jaman dulu Ashim bin Amir At-Tamimi

Tatkala Sa’ad telah memutuskan niatnya untuk menyeberangi sungai dengan menaiki kuda dan mengerahkan seluruh kekuatannya dalam menaklukkan wilayah Madain, ia pun sadar bahwa dia harus mempunyai persiapan kekuatan energi yang super demi menguasai jembatan yang terletak di seberang sungai tersebut. Dengan demikian sebagian besar pasukan muslimin yang menyeberang akan terlindungi (selamat).
Sa’ad berkata, “Siapakah yang akan memulai dan menjamin keselamatan kami semua dari serangan yang dilancarkan dari al- Furadh –nama tempat di arah seberang sungai– sehingga kita bertemu dengan musuh, agar mereka tidak mencegahnya keluar?”
Dengan suka rela Ashim mengajukan diri dan diikuti oleh 600 orang pasukan. Kemudian Sa’ad menjadikan Ashim sebagai pemimpin mereka. Pasukan tersebut mulai bergerak, sehingga tiba di tepi sungai Dajlah (Tigris).
Ashim berkata kepada pasukannya, “Siapa yang merasa tertantang bersamaku untuk menjadi orang pertama yang menaklukkan laut ini, sehingga kita mampu menyelamatkan al-Furadh dari seberang sana?”
Kemudian 60 pasukan berkuda itu bangkit, mereka inilah yang diberi nama Pasukan Berani Mati. Ashim membagi pasukan berkuda menjadi dua bagian, pasukan berkuda betina dan pasukan berkuda jantan. Ashim menuju pinggir sungai, kemudian menyeru kepada mereka yang masih ragu menyeberang, “Apakah kalian merasa takut menyeberangi air yang setetes ini?” Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala,
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ كِتَابًا مُؤَجَّلاً ….
‘Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.’ (Al-Imran : 145).
Ashim memacu kudanya dan menerobos sungai, disertai pasukannya. Tatkala ia melihat pasukan berkuda musuh juga menerobos ke dalam sungai, maka mereka bertanding ditengah sungai. Lalu Ashim menyeru, “Pasukan tombak, majulah, bidiklah mata.” Mereka bertempur dan saling menikam. Pasukan berkuda menguasai wilayah Persi, lalu kaum muslimin mengikuti mereka dan berhasil membunuh sebagian besar pasukan musuh. Sementara jika di antara musuh ada yang selamat maka mata mereka buta karena terkena tikaman. (Tarikh ath-Thabari, 3/120)
Artikel KisahMuslim
kisah islam jujur (KEJUJURANNYA MELULUHKAN HATI PERAMPOK )

kisah islam jujur (KEJUJURANNYA MELULUHKAN HATI PERAMPOK )

 Kisah islam jujur Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kali ini Kisah Nyata tentang kejujuran Syeh Abdul Qadir Jailani yang mampu meluluhkan hati para perampok yang jahat.
Abdul Qadir Jailani, yang bernama lengkap Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir lahir di naif, jailan, irak, ramadhan 470 H (1077 M). ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa, ibu beli...au adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai. beliau bergelar Ghauts Al Azham (wali terbesar).
Konon pada usia belasan tahun.Abdul Qadir keluar dari rumah dan mengikuti seekor lembu yang sedang membajak ladang. tiba-tiba lembu itu menoleh kepadanya dan berkata."Hai Abdul Qadir, engkau tak di jadikan sebagai orang yang penghidupannya bercocok tanam dan tukang bajak ladang seperti ini!"
Mendengar suara itu,Abdul Qadir lari ketakutan. ia pergi menemui ibunya, menyampaikan bahwa ia ingin pergi ke bagdad untuk menimba ilmu. ibunya terharu mendengarnya dan mengabulkan permintaannya.
Maka di siapkanlah warisan dari almarhum ayahnya sebanyak 40 dinar. sebagai bekal menuju baghdad. untuk menyimpan uangnya agar tidak hilang, ibunya menjahitkan saku khusus di bawah ketiak. Sebelum Abdul Qadir pergi ibunya berpesan, agar selalu berkata benar dan jujur dalam segala hal.
Abdul Qadir pun berangkat bersama rombongan kafilah. baru saja mereka meninggalkan kota Hamdan. tiba-tiba mereka di kepung oleh sekitar 60 orang berkuda. Mereka merampok semua anggota rombongan.kecuali Abdul Qadir, pasalnya Abdul Qadir terlihat fakir di mata perampok.
Akan tetapi,salah satu perampok mendekatinya "adakah sesuatu padamu?"Ya .. aku mempunyai 40 dinar".jawab Abdul Qadir. "dimana kamu simpan? Tanya perampok lagi.
"Ada di dalam saku di bawah ketiakku"jawab Abdul Qadir dengan jujur. perampok itu tak percaya, dan pergi meninggalkannya. Kemudian datang lagi perampok yang lain dan bertanya "hai orang fakir, apa yang kau punya".
Seperti semula Abdul Qadir memberitahukannya dengan jujur. mendengar jawaban tersebut kedua perampok merasa heran dan membawanya kepada pimpinan kepala perampok.
"wahai anak muda apa yang kau bawa"kembali pertanyaan yang sama di ajukan, dan yang di tanya pun menjawab seperti sebelumnya.
Kepala perampok merasa heran karena keterus terangan Abdul Qadir. "kenapa kau berterus terang? pria jujur itu pun menjawab "karena ibuku berpesan kepadaku untuk selalu berkata benar dan jujur,d an aku tak akan mengingkari janji itu".
Mendengar jawaban itu, kepala perampok menangis dan berkata "kau tak mengkhianati janjimu pada ibumu.sedangkan kami telah bertahun-tahun melanggar larangan Allah. Maka kami berikrar sejak hari ini kami bertobat kepada Allah.
Lihatlah kejujuran Abdul Qadir mampu meluluhkan hati para perampok yang jahat. Kejujuran yang langka di lakukan pada saat ini, di zaman yang serba modern ini. Kebohongan-kebohongan kerap kali kita dengar, entah apa pun itu.
Demikian Kisah nyata islami, kejujurannya meluluhkan hati perampok.
Semoga kisah ini menjadi acuan agar kita selalu menjadi orang yang jujur. Kejujuran itu mahal harganya.
Demikian semoga kisah ini bermanfaat ..
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
kisah islam hamzah bin abdul muthalib

kisah islam hamzah bin abdul muthalib

kisah islam hamzah bin abdul muthalib Saat Hamzah dan ‘‘Umar bin Al-Khaththab masuk Islam, posisi kaum muslimin di Makkah bertambah kuat. Namun upaya kaum musyrikin untuk menghentikan dakwah Rasulullah tidak semakin kendor.  Melalui paman Nabi,  kaum musyrikin meminta Rasulullah menghentikan dakwahnya. Namun upaya ini pun gagal. Akibatnya, penindasan terhadap kaum muslimin semakin menjadi-jadi. (Lead)
Abu Jahl semakin hebat memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin. Suatu kali dia bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diapun mencaci maki dan menyakiti beliau. Namun tindakannya itu tidak digubris oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak berbicara sepatah katapun kepadanya. Ternyata ada salah seorang maula (budak) dari ‘Abdullah bin Jud’an mendengar hal ini. Diapun sengaja menyingkir ke balai pertemuan Quraisy di dekat Ka’bah dan duduk bersama mereka. Tak lama kemudian datanglah Hamzah bin ‘Abdul Muththalib sambil menenteng panahnya. Agaknya dia baru pulang berburu.
Dan Hamzah apabila pulang berburu tidak langsung ke rumah keluarganya, namun melakukan thawaf di Ka’bah (lebih dulu). Dia termasuk pemuda bangsawan Quraisy dan berwatak keras. Ketika dia melewati maula tersebut dan waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah pulang ke rumahnya, dia (budak tersebut) berkata: “Hai Abu ‘Imarah, seandainya kau melihat apa yang dilakukan Abul Hakam bin Hisyam terhadap ponakanmu, yang dia lihat duduk di sini kemudian dia menyakitinya, mencaci maki dan mencercanya. Kemudian dia pergi dan Muhammad sama sekali tidak berbicara dengannya sepatah katapun.”
Mendengar keterangan ini, Hamzah tidak dapat menahan marahnya, di mana juga Allah memang menghendaki kemuliaan baginya. Hamzah segera keluar dan tidak menyapa siapapun, padahal setiap dia melewati tempat pertemuan itu dia senantiasa berbincang-bincang dengan orang yang ada di sana. Sekarang dia keluar sengaja mencari Abu Jahl untuk memberi pelajaran keras kepadanya.
Ketika Hamzah memasuki masjid dan melihat Abu Jahl duduk dengan beberapa orang, dia sengaja mendekatinya. Setelah dekat dengan Abu Jahl, Hamzah segera memukul kepalanya dengan anak panah yang ada di tangannya sampai berdarah dan berkata: “Kau berani mencaci makinya? Aku di atas agamanya, akupun mengucapkan apa yang diucapkannya. Coba balas, kalau kau berani!”
Beberapa orang yang ada di dekat Abu Jahl dari Bani Makhzum segera berdiri mengepung Hamzah karena ingin membela Abu Jahl. Tapi Abu Jahl berkata: “Tinggalkan  Abu ‘Imarah, aku -demi Allah- benar-benar sudah mencaci maki keponakannya dengan umpatan yang sangat buruk.”
Sejak itu keislaman Hamzah mulai berkembang sempurna. Dan orang-orang kafir Quraisy mulai menyadari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertambah kuat dan mempunyai pembela. Mereka pun mulai mengurangi penindasan mereka terhadap beliau dan para shahabatnya.
Sebagian ahli sejarah menceritakan setelah mengucapkan kata-katanya di depan Abu Jahl itu, Hamzah sempat menyesal dan bingung, kemudian dia berdo’a kepada Allah di sisi Ka’bah. Akhirnya setelah merasa lega dia segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan keadaannya. Dan beliaupun mendoakan agar Allah mengokohkan Hamzah dalam keyakinannya.
‘‘Umar Masuk Islam
Dikisahkan dari riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi, menyebutkan:
Pada suatu hari ‘‘Umar keluar dengan menyandang sebilah pedang. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang laki-laki dari Bani Zuhrah dan dia berkata: “Akan ke mana engkau, hai ‘‘Umar?”
‘Umar ketika itu menjawab: “Mau membunuh Muhammad.”
Laki-laki itu berkata lagi: “Bagaimana engkau dapat merasa aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah setelah membunuh Muhammad?”
‘Umar berkata pula: “Mungkin engkau sendiri sudah menukar agamamu?”
Orang itu menukas: “Maukah kau aku tunjukkan kejadian yang lebih menakjubkan? Sesungguhnya saudarimu dan iparmu sudah memeluk Islam dan meninggalkan agama nenek moyangmu.”
Mendengar hal ini, ‘Umar segera berbalik dan menuju ke rumah saudari dan iparnya yang kebetulan Khabbab sedang berada di sana. Ketika mereka mendengar suara ‘Umar, dia segera bersembunyi di dalam rumah. ‘Umar pun masuk dan berkata: “Suara apa yang kudengar ini?” Waktu itu mereka sedang membaca surat Thaha.
Keduanya berkata: “Tidak ada, hanya kami berbincang-bincang biasa.”
Kata ‘Umar: “Jangan-jangan kalian berdua sudah masuk Islam?”
Iparnya menjawab: “Hai ‘Umar, bagaimana jika al-haq itu ternyata bukan berada pada agamamu?”
Mendengar hal ini ‘Umar melompat kemudian membanting dan menginjaknya dengan keras. Saudarinya segera datang membela suaminya. Tapi ‘Umar segera memukulnya hingga darah keluar dari wajah saudarinya itu. Wanita itu berkata dalam keadaan sangat marah: “Apakah (kau marah) meskipun al-haq bukan berada pada agamamu? Sungguh aku bersaksi tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”
(Mungkin karena merasa iba), ‘Umar berkata: “Coba berikan tulisan apa yang ada pada kalian, aku mau membacanya.” ‘Umar termasuk kalangan terpelajar dan pandai membaca.
Saudarinya menjawab: “Kamu itu najis. Kitab ini tidak boleh disentuh oleh orang yang najis. Pergilah bersuci!”
‘Umar pun beranjak untuk mandi. Kemudian dia mulai membaca surat Thaha. sampai kepada ayat:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku adalah Allah yang tidak ada Ilah selain Aku. Maka beribadahlah kepada-Ku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
‘Umar berkata: “Tunjukkanlah kepadaku di mana Muhammad!”
Ketika Khabbab mendengar hal ini, dia segera keluar dari tempat persembunyiannya dan berkata: “Gembiralah, hai ‘Umar. Aku berharap engkaulah yang didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ya Allah, muliakanlah Islam dengan ‘Umar bin Al-Khaththab atau ‘Amru bin Hisyam’.”
Waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di sebuah rumah di dekat bukit Ash-Shafa. ‘Umar segera berangkat ke sana. Dan bertepatan pula di rumah itu ada Hamzah, Thalhah dan beberapa orang lain. Hamzah berkata: “Ini ‘Umar datang. Kalau Allah menginginkan kebaikan buat dia, maka dia selamat. Dan kalau tidak, membunuhnya sangat mudah bagi kita.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di dalam, kemudian beliau diberitahu lalu keluar.
Begitu ‘Umar masuk, beliau segera mencengkeram pakaian dan pedang ‘Umar sambil berkata: “Apakah engkau belum juga mau berhenti, hai ‘Umar sampai Allah menurunkan kehinaan bagimu sebagaimana yang dialami oleh Al-Walid bin Mughirah?!”
‘Umar segera berkata: “Aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah dan engkau (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Ibnu Ishaq mengatakan: “Setelah ‘Umar masuk Islam, para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa mendapat pertolongan. Begitu juga halnya ketika Hamzah masuk Islam.”
Ibnu Mas’ud mengatakan: “Kami tidak pernah mampu shalat di sisi Ka’bah hingga ‘Umar masuk Islam.”
Di dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan: “Kami senantiasa merasa terhormat sejak ‘Umar masuk Islam.”
Melihat urusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin bertambah kokoh, mereka (orang-orang musyrikin) pun sekali lagi menemui Abu Thalib agar dia membujuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata: “Hai Abu Thalib. Sesungguhnya engkau mempunyai usia yang cukup berpengalaman, kedudukan dan kemuliaan. Dan kami pernah meminta kepadamu agar menghentikan anak saudaramu tapi ternyata tidak engkau lakukan. Dan demi Allah, kami tidak bisa bersabar lagi melihat dia mencaci maki nenek moyang kami, membodoh-bodohi pemuka kami dan mencela sesembahan kami, sampai engkau menahannya dari kami atau engkau dan dia kami hadapi sampai salah satu dari kita binasa. (Atau sebagaimana dikatakan mereka).
Hal ini sangat memberatkan Abu Thalib, di mana dia harus berpisah dan bermusuhan dengan kaumnya. Dia pun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Hai anak saudaraku. Kaummu menemuiku dan mengatakan inidan itu. Sekarang tinggallah engkau dan aku saja. Dan janganlah kau bebankan aku sesuatu yang tidak sanggup aku memikulnya.”
Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyangka barangkali pamannya telah melihat sesuatu. Dan mungkin dia sudah merasa tidak sanggup membela beliau dan akan menyerahkannya ke tangan Quraisy. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Hai pamanku. Demi Allah seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwah ini, maka selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”
Kemudian beliau berpaling dan menangis, lalu berdiri. Dan ketika beliau beranjak pergi, Abu Thalib memanggilnya: “Menghadaplah ke mari, hai anak saudaraku. Menghadaplah!” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menghadap ke pamannya. Abu Thalib bekata: “Menghadaplah, dan katakanlah apapun yang engkau sukai. Demi Allah aku tidak akan menyerahkan engkau kepada siapapun selama-lamanya.”
Melihat bahwa Abu Thalib juga tidak mampu menghentikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merekapun bertambah sengit memusuhi kaum muslimin. Setiap kabilah menangkap orang dari pihak mereka yang masuk Islam untuk disiksa.
(Dinukil dari  asysyariah.com/ibrah) salafy
kisah islam muhammad al fatih

kisah islam muhammad al fatih

kisah islam muhammad al fatih Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Binzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.
Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil
Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Tanduk Emas atau Golden Horn
Tanduk Emas atau Golden Horn, di Istanbul, Turki.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.
Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ.
“… Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.” (HR. HR. Muslim no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta membuat kita menafikan jasa-jasanya yang sangat besar. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau rahimahullah.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.
Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya
Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari
Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.
Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih…
Sumber: islamstory.com
kisah islam felix siauw

kisah islam felix siauw

Sangat sedikit manusia yang menggunakan akalnya untuk menemukan Tuhannya dan jati dirinya. Padahal kalau mau jujur dan jernih berpikir siapapun akan menemukan kebenaran Islam. Pengalaman Felix Siauw (24 tahun) bisa menjadi pelajaran. Berikut kisahnya :


Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman, Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve”. Begitulah kira-kira pernyataan yang akan selalu aku ingat di dalam hidup ini.


Waktu itu aku masih seorang penganut Kristen Katolik. Di usiaku yang masih 12 tahun, banyak pertanyaan tentang kehidupan yang belum terjawab. Ada tiga pertanyaan yang paling besar yang muncul dalam benakku, yaitu darimana asal kehidupan ini, untuk apa adanya kehidupan ini, dan akan seperti apa akhir kehidupan ini. Lalu, “Kenapa tuhan pencipta kehidupan ini ada tiga, yakni ada tuhan bapa, tuhan putra dan roh kudus? Darimana asal tuhan bapa?”, atau “Mengapa tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?” Aku diskusikan itu dengan orang tuaku atau dengan rohaniawan, tapi jawabannya mengambang dan tak memuaskan.

Ketidakpuasan itu lalu mendorongku untuk mencari jawaban langsung dari Alkitab yang katanya datang dari tuhan. Betapa terkejutnya aku, aku baru tahu jika 14 dari 27 surat di Injil perjanjian baru ternyata ditulis oleh manusia, yaitu Santo Paulus. Lebih terkejut lagi ketika mengetahui bahwa sisa kitab yang lainnya juga merupakan tulisan tangan manusia yang dibuat setelah wafatnya Yesus. Konsep trinitas yang menyatakan tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga ternyata adalah hasil konggres di kota Nicea pada tahun 325 M.

Setelah mengetahui itu, kuputuskan bahwa agama yang kuanut tidaklah pantas untuk dipertahankan. Aku pun memutuskan untuk menjadi seorang yang tidak beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Aku berkesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar, karena sudah diselewengkan oleh penganutnya. Tanpa sadar waktu itu aku sudah menjadi manusia yang sinkretis dan pluralis.


Bertemu Ustad Muda

Waktu terus bergulir. Ketika aku kuliah di IPB memasuki semester ketiga, pemahamanku mulai berubah. Itu bermula dari perdebatanku dengan seorang teman tentang kebenaran. Syamsul Hadi, demikian nama temanku itu, mengatakan bahwa kebenaran hanya akan ditemukan di dalam Alquran. Aku pun berusaha mencarinya. Aku lalu dipertemukan dengan Ustad Fatih Karim, aktivis Islam. Lewat pertemuanku dengannya di Masjid Kampus itulah, perkenalanku dengan Alquran dimulai.

Kepadanya, aku menceritakan tentang pengalaman hidupku termasuk berbagai pertanyaan besar yang belum terjawab tentang kehidupan. Kami lalu berdiskusi hingga mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Aku pun akhirnya paham bahwa adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita.

"Tapi masalahnya ada lima agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah yang bisa kita percaya?" tanyaku saat itu.

"Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja," jawab Ustad Fatih. Lalu ia menambahkan, "Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa?" Lalu dibacakanlah ayat dalam Alur'an: ”Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (TQS al-Baqarah [2]:2)


Mendengar ayat itu, aku terpesona dengan ketegasan, kejelasan serta ketinggian maknanya. ”Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?” pikirku.


Seolah membaca pikiranku, Ustad Fatih melanjutkan, "Kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan Alquran menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya!"


Pikiranku saat itu bergejolak. Dalam hatiku berkata, "Mungkin inilah kebenaran yang selama ini aku cari!". Tetapi ada beberapa keraguan di benakku. ”Mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?" tanyaku.

Ustad itu menjelaskan bahwa Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satu pun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Islam adalah sistem kehidupan. Sangat luar biasa penjelasannya. Sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku pun mulai sadar akan kelebihan dan kebenaran Islam. Keraguanku mulai luntur.


Masuk Islam

Aku pun akhirnya bisa menemukan jawaban sempurna atas ketiga pertanyaan besarku. Ternyata aku ini berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Aku hidup untuk beribadah kepada-Nya sesuai dengan perintah-Nya yang tertulis di dalam Alquran. Alquran itu dijamin datang dari-Nya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allah lah aku akan kembali dengan membawa amal ibadah selama hidup untuk dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikiranku ini, maka aku memutuskan, ”Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam!"


Banyak tantangan setelah itu. Maklum aku hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat tendensius kepada Islam. Di mata mereka orang Islam itu jahat dan jorok. Orang tuaku bilang aku sinting dan kerasukan setan. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak akan mengorbankan kebenaran yang kucari selama ini. "Tidak, sama sekali tidak,” pikirku. Aku yakin bahwa Allah lah yang harus didahulukan. Kini orang tuaku bangga kepadaku.

Setelah masuk Islam, aku menemukan ketenangan sekaligus perjuangan. Aku bangga kepada Islam. Mudah-mudahan, sampai akhir hidup, aku dan keluargaku, tetap berada di barisan pembela Islam yang terpercaya. Janji Allah sangat jelas, dan akan terbukti dalam waktu dekat. Allahu Akbar!berita-mengenai-islam
kisah masuk islam yusuf estes

kisah masuk islam yusuf estes

Seorang Pendeta Kristen (A Christian Priest)

Perjumpaan pertama dengan Muslim
Terkejut dengan apa yang diyakini oleh Muslim
Diskusi kelompok soal Keyakinan
Pendeta Katolik Pindah ke Islam
Saya mengikuti Dia dan Menyerahkan diri saya kepada Tuhan
Istri dan Ayah saya ikut masuk Islam
Fenomena para Pendeta pada Pindah ke Islam
Nasihat dalam Melihat dan Mencari Kebenaran


Banyak orang bertanya pada saya bagaimana seorang pendeta atau seorang pengkhotbah untuk jemaat Kristiani bisa masuk Islam, apalagi mengingat banyak hal negatif kita dengar tentang Islam dan Muslim setiap hari. Ijinkan saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua orang atas ketertarikannya dan dengan penuh kerendahan hati akan saya ceritakan, semoga Tuhan meridhoinya.

Seorang Pendeta Kristen (A Christian Priest)

Saya dilahirkan dalam keluarga Kristen yang kekristenannya sangat kuat, di Midwest, Amerika Serikat. Keluarga dan nenek moyang kami tidak hanya yang membangun gereja-gereja dan sekolah-sekolah di negeri ini, bahkan sesungguhnya adalah orang-orang yang datang ke sini saat pertama kali. Ketika saya masih di Sekolah Dasar kami pindah ke Houston, Texas, di tahun 1949 (Sekarang saya sudah tua). Kami hadir di gereja secara teratur dan saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas. Sebagai seorang anak berumur belasan tahun, saya ingin mengunjungi gereja-gereja lain untuk belajar lebih banyak tentang ajaran dan keyakinan mereka. Gereja Baptis, Metodis, Episkopal, Gerakan Karismatik, Nazaret, Gereja Kristus, Gereja Tuhan, Gereja Tuhan dalam Kristus,  Gospel Sepenuh, Agape, Katolik, Presbyterian dan masih lebih banyak lagi. Saya belajar dan mengembangkan pengetahuan saya seperti orang kehausan "Keyakinan" atau bisa kita katakan; "Kabar Baik." Penelitian saya terhadap agama tidak hanya berhenti dalam Kristianitas. Tidak sama sekali. Hinduisme, Judaisme, Buddhisme, Metafisik, kepercayaan Amerika asli juga menjadi bagian dari studi saya. Hanya satu-satunya agama yang tidak saya lirik secara serius adalah "Islam". Mengapa ? Pertanyaan bagus.

Anyway, Saya menjadi sangat tertarik dengan berbagai tipe musik yang berbeda, khususnya Rohani dan Klasik. Karena seluruh keluarga saya relijius dan musik menjadi bagian dari hidup kami maka saya pun mempelajari lebih dalam kedua bidang itu. Semua itu menentukan posisi logika saya sebagai Pendeta Musik (Music Minister) di banyak gereja-gereja yang menjadi afiliasi saya selama bertahun-tahun. Saya mulai mengajarkan instrumen keyboard dari tahun 1960 dan pada tahun 1963 sudah memiliki studio sendiri di Laurel, Maryland, yang kami sebut dengan "Estes Music Studios."

Lebih dari 30 tahun saya dan ayah saya bekerja bersama di banyak proyek-proyek bisnis. Kami memiliki program-program untuk hiburan, pertunjukan, dan atraksi. Kami membuka toko piano dan organ di sepanjang jalan mulai dari Texas dan Oklahoma hingga ke Florida. Saya mendapat jutaan dolar pada tahun-tahun itu, namun tidak juga menemukan kedamaian pikiran yang hanya bisa diperoleh melalui pengetahuan akan kebenaran dan menemukan rancana yang riil tentang keselamatan. Saya yakin, sebagaimana pertanyaan yang sering muncul di hati kecil saya pada diri sendiri; "Mengapa Tuhan menciptakan saya ?" atau "Apa yang diinginkan oleh Tuhan untuk saya lakukan ?" atau "Sebenarnya, ngomong-ngomong, siapa sih Tuhan itu ?" "Mengapa kami mempercayai 'dosa asal ?" dan "Mengapa anak-anak lelaki Adam dipaksa menerima 'dosa-nya' dan kemudian sebagai konsekuensinya mereka harus dihukum selamanya. Namun jika anda menanyakan itu pada seseorang pendeta atau siapapun pemimpin Kristiani, mereka mungkin akan memberitahu anda bahwa anda harus meyakini itu tanpa perlu bertanya, atau itu adalah 'misteri' dan anda dilarang untuk bertanya.
Dan kemudian tentang konsep 'Trinitas'. Jika saya meminta pada pengkhotbah atau pendeta untuk memberi saya ide tentang bagaimana 'satu' bisa digambarkan menjadi 'tiga' atau bagaimana Tuhan sendiri, yang bisa melakukan apa pun yang Dia kehendaki, tidak mampu walau sekedar memaafkan dosa-dosa manusia, kecuali dengan menjelma menjadi manusia yang lalu turun ke bumi, menjadi seorang pria, dan kemudian mengambil alih dosa-dosa manusia. Harap diingat bahwa sepanjang Dia masih Tuhan dari seluruh alam dan Dia berkehendak melakukan sesuatu, baik di luar maupun di alam yang kita tahu, maka itu mudah bagi-Nya dan tak seorang pun bisa menghalangi. Dan kemudian pada tahun 1991, saya mencari tahu apa yang diyakini oleh Muslim tentang Bibel. Saya terkejut. Bagaimana ini bisa ? Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan yakin bahwa Jesus adalah : 
  • Pembawa pesan yang sesungguhnya dari Tuhan;
  • Nabi dari Tuhan;
  • Lahir secara ajaib tanpa campur tangan manusia dari perawan suci Maria;
  • Ia adalah 'Kristus' atau sebagai juru selamat sebagaimana diprediksikan dalam Bibel;
  • Dia bersama Tuhan sekarang
  • Dan yang terpenting, dia akan datang kembali pada Hari Kiamat untuk memimpin orang-orang beriman untuk melawan kaum 'Antikristus'.
Ini sungguh di luar dugaan saya. Islam bahkan tahu lebih banyak tentang Jesus ketimbang gambaran di Bibel, khususnya saat para evangelists (dan kami juga) pergunakan untuk membenci Muslim dan Islam di seluruh dunia dengan amat sangat. Jadi, mengapa dan apa yang saya ingin lakukan untuk orang-orang ini ?

Perjumpaan Pertama dengan Muslim

Ayah saya sangat aktif mendukung aktivitas gereja, khususnya program sekolah gereja. Ia menjadi pendeta dan ditasbihkan pada tahun 1970-an. Ia dan istrinya (ibu tiri saya) kenal dengan banyak penginjil dan pengkhotbah di TV dan bahkan mengunjungi   Oral Roberts dan membantu pembangunan "Menara do'a" ("Prayer Tower") di Tulsa, OK. Mereka juga pendukung kuat untuk Jimmy Swaggart, Jim dan Tammy Fae Bakker, Jerry Fallwell, John Haggi dan musuh terbesar Islam di Amerika, Pat Robertson.
Abu Yusuf
Father of Yusuf Estes
Ayah dan istrinya bekerja bersama-sama dan menjadi orang yang paling aktif dalam merekam "Puji-pujianan" di kaset dan mendistribusikan untuk mereka secara gratis untuk pensiunan, rumah-rumah sakit, dan para manula. Dan kemudian di tahun  1991 ia mulai terlibat bisnis dengan orang-orang Mesir dan pada suatu waktu meminta saya untuk menemui salah seorang dari mereka. Bagi saya ini ide menarik ketika mulai terpikirkan untuk punya rasa internasionalisme. Anda tahu Piramida, Sphinx, Sungai Nil,  dan semua itu. Dan kemudian ayah saya menyebut bahwa pria yang mesti saya temui tersebut adalah seorang 'Muslim.' Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Seorang 'Muslim' ? Tidak. Saya tidak sudi. Saya mengingatkan ayah saya tentang berbagai macam hal buruk yang pernah kami dengar tentang orang-orang ini, mereka adalah teroris, pembajak, penculik, pengebom dan apalagi yang orang tidak tahu siapa mereka ? Belum lagi bahwa : mereka tidak percaya pada Tuhan; mereka menciumi tanah lima kali sehari dan mereka menyembah kotak hitam di gurun. 
Tidak. Saya tidak bakalan sudi menemui mereka. Saya tidak akan bertemu dengan seorang pria 'Muslim' pun, tidak juga dia. 

Ayah saya bersikeras agar saya menemui dia dan ia berusaha meyakinkan saya bahwa ia seorang pria yang baik. Jadi saya akhirnya menyerah dan setuju untuk bertemu dengan si Muslim itu. 
Tapi tentu dengan cara saya. Saya setuju bertemu dengan dia pada hari Minggu tepat setelah selesai dari Gereja jadi kami dalam kondisi baik dan siap untuk berdoa pada Tuhan. Saya membawa serta Al-Kitab di bawah lenganku seperti biasa. Saya kenakan salib besar yang mengkilat tergantung di leher saya dan tak lupa sebuah topi bertuliskan  : "Jesus adalah Tuhan" tepat di bagian depan. Istri dan kedua anak perempuan saya juga datang dan kami siap untuk menemui si 'Muslim' itu. 
Ketika saya tiba di toko dan menanyakan pada ayah saya mana si 'Muslim' itu, ia menunjuk ke suatu arah, dan berkata : "Itu dia ada di sana." Saya bingung. Itu bukanlah Muslim. Bukan. 
Saya mencari seorang pria besar dengan jubah dan sorban di kepalanya, jenggot yang bergelayut ke bawah hingga kemeja dan alisnya yang melintang di depan. 
Tapi pria ini tidak berjenggot. Faktanya, ia bahkan tidak punya rambut di atas kepalanya. Ia malah cenderung botak. Dan ia sangat ramah dan hangat, datang menghampiri lalu menjabat tangan saya. Ia pria yang menyenangkan. Ini tidak masuk akal. Saya kira ia teroris dan bomber. Apa-apaan ini ?

Terkejut dengan Apa yang Muslim Yakini

OK, tak apa. Saya juga punya hak untuk bekerja dengan orang ini. Ia perlu 'diselamatkan' dan saya, dan Tuhan, akan melakukannya. Jadi, setelah perkenalan singkat, saya tanya ke dia : 
"Apa Anda percaya adanyaTuhan?"
Dia berkata: "Ya." (Bagus !)
Dan kemudian saya tanya : "Anda percaya Adam dan Hawa?"
Dia menjawab: "Ya."
Saya lalu tanya: "Bagaimana dengan Ibrahim (Abraham) ? Anda meyakini dia dan bagaimana ia mencoba mengorbankan anaknya demi Tuhan ?"
Ia menjawab: "Ya."
Kemudian saya tanya : "Bagaimana dengan Musa ?"
Lagi ia menjawab : "Ya."
Kemudian : "Bagaimana dengan nabi-nabi lain, Daud (David), Sulaiman (Solomon) dan Yahya (John) sang Pembaptis ?"
Ia menjawab : "Ya."
Saya bertanya : "Anda percaya Injil (Bible) ?"
Lagi, ia menjawab : "Ya."
Jadi, sekarang tiba saatnya untuk satu pertanyaan besar : "Apakah anda percaya Isa Almasih (Jesus) ? Bahwa dia adalah Kristus dari Tuhan (the Christ of God) ?"
Lagi ia menjawab : "Ya."

Baik, sekarang, persoalan tampak lebih mudah dari yang saya kira. Tadi itu baru saja persiapan untuk pembaptisan buat dia hanya saja dia tidak tahu.  Lagi pula, saya sendirian yang melakukan. Aku telah memenangkan jiwa demi Tuhan hari demi hari namun apa yang barusan terjadi akan menjadi sebuah prestasi besar bagiku, menangkap salah satu dari 'Muslim-muslim' dan 'mengubah agama mereka' ke Kristiani. Saya tanya dia apakah ia suka teh dan ia bilang ya. Maka, kami pergi ke kedai kecil di mall dan duduk di sana berbincang-bincang tentang topik kesukaan saya : Keyakinan. Saat kami duduk di warung kopi kecil selama berjam-jam untuk berbincang-bincang (bahkan aku yang terlalu banyak bicara) saya tahu bahwa ia seorang pria yang baik, sabar, dan bahkan sedikit pemalu. Dia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang saya ucapkan dan sama sekali tidak menginterupsi walau hanya sekali. Saya menyukai orang ini dan saya pikir ia punya potensi untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Sedikit demi sedikit saya menjadi tahu hal positif terhadap apa yang tampak di depan mata saya. 

Dan yang terpenting adalah bahwa saya setuju dengan ayah saya untuk berbisnis dengan pria ini dan bahkan mendorong ayah agar saya bisa melakukan perjalanan panjang dengannya untuk tujuan bisnis, melintasi bagian utara Texas. Hari demi hari, kami berkendaraan bersama dan berdiskusi mengenai berbagai isu termasuk perbedaan keyakinan yang dimiliki oleh beragam orang. Dan sepanjang perjalanan tersebut, saya tentu saja sambil menghidupkan siaran radio favorit saya, yakni tentang peribadatan dan pujian untuk membantu memasukkan pesan-pesan pada individu miskin rohani ini.   Kami berbincang tentang konsep Tuhan; makna hidup; tujuan penciptaan; nabi dan misi-misi mereka dan bagaimana Tuhan memperlihatkan kehendak-Nya kepada umat manusia. Kami juga berbagi pengalaman-pengalaman pribadi dan ide-ide tersebut dengan lancar.
Suatu hari saya datang dan tahu bahwa teman saya Muhamad akan pindah rumah dari yang sebelumnya tinggal bersama rekannya dan bahwa ia sementara waktu akan tinggal di Masjid. Saya menemui ayah saya dan meminta beliau untuk mengundang Muhamad datang dan tinggal bersama kami di Amerika. Rumah kami cukup besar dan jika Muhamad bersedia tinggal bersama kami, maka kami bisa berbagi tugas dan pengeluaran serta kita pun bisa siap kapan pun untuk pergi keliling melakukan perjalanan. Ayah setuju dan Muhamad pun pindah dan tinggal bersama kami. 

Tentu saja kami masih punya waktu untuk melakukan kunjungan terhadap pengkhotbah dan penginjil di seluruh negara bagian Texas. Salah satu dari mereka tinggal di Texas -- perbatasan Mexico dan yang lainnya tinggal di dekat perbatasan Oklahoma. Salah seorang pendeta suka dengan salib besar terbuat dari kayu yang besarnya melebihi mobil. Dia membawa balok kayu berbentuk salib besar itu dengan memanggul di atas pundaknya dan bagian bawahnya ditarik di atas tanah lalu ia bawa turun ke jalan tol. Orang-orang pada menghentikan mobil mereka dan menghampiri dia lalu bertanya apa yang sedang terjadi dan ia pun memberikan pamflet, brosur, dan booklet tentang agama Kristen.  

Diskusi Kelompok tentang Keyakinan

Suatu hari teman saya yang mengenakan salib mendapat serangan jantung dan dilarikan ke rumah Sakit Veteran dan harus opname di sana untuk beberapa waktu yang lama. Saya manfaatkan kunjungan saya ke sahabat saya (yang sakit di rumah sakit) tersebut beberapa kali seminggu dan mengajak Muhamad turut serta dengan harapan bahwa kami bisa berbagi bersama mengenai subyek keyakinan dan agama. Sahabat saya (sesama pendeta yang sakit tersebut) sama sekali tidak terkesan dan jelas bahwa ia tidak ingin tahu apa-apa tentang Islam. Kemudian pada suatu hari seorang pria yang sekamar dengan teman saya yang sakit datang masuk ke ruangan sambil mengendarai kursi rodanya. Saya menghampiri dia (pria di atas kursi roda itu) lalu menanyakan namanya, namun ia jawab tidak apa-apa. Dan ketika saya tanya dari mana asalnya, (pria di atas kursi roda tersebut) bilang bahwa ia berasal dari Planet Jupiter. Saya bingung atas jawaban pria ini dan mulai bertanya-tanya apakah benar saya berada di bangsal perawatan jantung ataukah bangsal perawatan pasien sakit jiwa?
Saya tahu ia pastilah seorang pria yang tengah kesepian dan depresi dan butuh seseorang dalam hidupnya. Jadi, saya mulai menjadi 'saksi' baginya tentang Tuhan. Saya bacakan alkitab Junus (Jonah) dari Perjanjian Lama. Saya ceritakan Nabi Junus yang telah dikirim oleh Tuhan untuk menyeru kaumnya ke jalan yang benar. Junus telah meninggalkan kaumnya dan melarikan diri dengan menggunakan kapal meninggalkan kota untuk pergi mengarungi lautan. Namun di tengah laut tiba-tiba badai datang dan kapal pun hampir terbalik kemudian orang-orang membawa Junus ke tepi kapal dan melemparkan dia ke tengah laut. Sebuah ikan hiu datang ke permukaan dan menelan Junus lalu kembali ke dasar laut, dan Junus berada di dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam. Namun berkat rahmat Allah ikan itu kembali ke permukaan dan memuntahkan Junus hingga ke luar dari perut ikan. Junus kembali pulang ke kota dengan selamat, ke kota Nineveh. Ide darin kisah ini adalah bahwa kita tidak bisa benar-benar lari dari masalah karena kita selalu tahu bahwa kita tidak sendiri. Ada yang maha tahu, Tuhan selalu tahu apa yang kita kerjakan. 

Setelah berbagi cerita ini dengan pria di atas kursi roda itu, ia mendongak dan melihat ke arah saya, kemudian minta maaf. Ia menyesal atas sikap kasarnya pada saya dan memberitahu saya bahwa ia akhir-akhir ini telah mengalami masalah yang sangat serius. Kemudian ia mengatakan bahwa ia ingin mengakui sesuatu hal kepada saya. Dan saya bilang bahwa saya bukanlah pendeta katolik dan bahwa saya tidak menangani pengakuan dosa (confessions). Ia menjawab bahwa ia tahu itu. Faktanya, ia malah berkata : "Saya seorang pendeta Katolik."
Saya sangat terkejut. Jadi saya barusan mengkhotbahi tentang Kristiani pada seorang pendeta ! Dunia apa gerangan yang terjadi di sini ? Pendeta (yang duduk di atas kursi roda itu) mulai berbagi cerita tentang misinya sebagai misionaris untuk gereja selama lebih dari 12 tahun ke Amerika Selatan dan Tengah dan bahkan di "Dapur Neraka"-nya New York (New York's 'Hell's Kitchen'). Ketika ia keluar dari rumah sakit dan butuh tempat untuk pemulihan fisik, dari pada membiarkan dia pergi dan tinggal bersama keluarga Katolik, saya beritahu ayah saya untuk mengundang sahabat baru saya ini untuk tinggal bersama kami dan Muhamad. Ayah setuju dan kita semua sepakat bahwa ia akan segera pindah ke rumah kami.
Selama perjalanan ke rumah kami, saya berbicara pada pendeta itu tentang beberapa konsep keyakinan Islam dan alangkah kagetnya saya bahwa ia setuju untuk berbagi dan bahkan ingin berdiskusi lebih dalam lagi dengan saya. Saya juga terkejut ketika dia menceritakan pada saya bahwa pendeta Katolik sebenarnya juga mempelajari Islam dan bahkan beberapa meraih gelar doktor di bidang ini. Ini sungguh mencerahkan saya. Tapi masih ada lebih banyak lagi yang kemudian membuka pikiran saya.
Setelah sahabat saya tinggal menetap bersama kami, setiap malam kita semua berkumpul di meja makan usai makan malam, untuk mendiskusikan agama. Ayah saya membawa Al-Kitab Versinya King James (King James Version of the Bible), Saya sendiri membawa versi Al-Kitab Standard yang telah direvisi (Revised Standard Version of the Bible), istri saya membawa versi lain lagi dari Al-Kitab (mungkin seperti versi 'Berita Baik untuk Manusia Modern' punyanya Jimmy Swaggart) (Jimmy Swaggart's 'Good News For Modern Man.'). Pendeta sahabat saya, tentu saja, punya Al-Kitab Katolik (Catholic Bible) yang punya tujuh buku lebih banyak yakni Al-Kitabnya Protestan. Jadi kami semua lebih banyak menghabiskan waktu membicarakan mana Al-Kitab yang benar atau yang paling benar, ketimbang mencoba untuk meyakinkan Muhamad agar menjadi Kristen.
Pada titik ini saya ingat untuk menanyakan pada Muhamad berapa banyak versi Quran setelah 1400 lebih Quran ada di Bumi. Dia menjawab bahwa hanya ada SATU QURAN. Dan bahwa kitab suci itu tidak pernah berubah. Ia bahkan memberitahu saya bahwa ratusan juta Muslim telah hafal Quran dan juga telah mengajarkannya pada orang lain hingga hafal sampul-demi sampul, huruf demi huruf, dengan sempurna, tanpa ada kesalahan sedikit pun, tersebar di seluruh dunia di berbagai negara. Berabad-abad sejak Quran pertama kali diturunkan dihafal langsung oleh Rosulullah dan para sahabat-sahabatnya, di luar kepala, di samping dicatat secara tertulis, sempurna tanpa cacat, tanpa kesalahan satu titik pun.

Mata saya terbelalak. Suatu hal yang sulit dipercaya ! Di atas semuanya, bahasa asli Al-Qur'an masih terjaga keasliannya, sementara Bahasa Asli Al-Kitab telah lama mati berabad-abad yang lalu dan dokumentasinya itu sendiri telah lama hilang selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Jadi, hal seperti ini bagaimana bisa begitu mudah melestarikan dan membaca dari halaman demi halaman. 

Pendeta Katolik Masuk Islam

Anyway, pada suatu hari pendeta Katolik sahabat saya bertanya pada Muhamad apakah dia bisa ikut dengannya pergi ke Masjid untuk melihat seperti apa situasi di sana. Mereka kembali dan menceritakan pengalamannya di sana dan kami tak sabar ingin tahu seperti apa upacara (seremoni) peribadatan mereka dan apa yang mereka lakukan. Dia berkata bahwa ia tidak sungguh-sungguh melihat adanya seremoni seperti yang saya maksud. Mereka (kaum Muslim) sekedar datang, sembahyang, berdo'a, dan pergi. Saya tanya : "Mereka pergi ? Tak ada khotbah, tak ada nyanyi-nyanyi, tak ada musik ?" Teman saya bilang ya, benar begitu. 
Beberapa hari berlalu dan kemudian pendeta Katolik itu kembali meminta pada Muhammad agar ia diijinkan untuk ikut dengannya lagi pergi ke Masjid. Tapi kali ini berbeda. Lama sekali mereka pergi dan tidak pulang-pulang. Hingga hari menjadi gelap dan kami khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada mereka. Akhirnya mereka pulang juga, dan ketika mereka datang dan saya bukakan pintu saya mengenali betul Muhamad, tapi siapa pria dengan pakaian panjang di sebelahnya ? Seseorang memakai  jubah putih dan peci putih. Tunggu sebentar ! Bukankah itu pendeta Katolik itu ? Spontan saya tanya ke dia : "Pete? -- Apakah kamu menjadi seorang Muslim ? Dia bilang bahwa ia telah masuk Islam pada hari ini. PENDETA MENJADI MUSLIM !! Lalu apa yang terjadi selanjutnya ? (Anda akan lihat).

Saya mengikuti dia dan Menyerahkan Diri Saya pada Tuhan

Jadi, saya pergi ke lantai atas untuk memikirkan sesuatu, dan mulai berbicara pada istri saya tentang agama secara lebih menyeluruh. Istri saya kemudian memberitahu saya bahwa ia juga sudah masuk Islam, karena dia tahu bahwa ini adalah kebenaran. Saya sungguh terkejut untuk ke sekian kalinya. Saya balik lagi ke lantai bawah dan membangunkan Muhamad lalu mengajak dia keluar untuk mendiskusikan sesuatu. Kami berjalan dan berbicara secara panjang lebar semalaman. Menjelang fajar (waktu subuh untuk Muslim) saya tahu kebenaran itu telah datang akhir-akhir ini dan sekarang tiba bagian saya. Saya pergi ke belakang rumah ayah saya dan di atas potongan papan kayu tua saya berbaring dan meletakkan kepala saya sujud di atas tanah seperti arah orang Muslim sholat lima waktu sehari.
Sekarang, dalam posisi seperti itu, dengan tubuh terbaring di atas lapisan kayu dan kepala saya dalam sujud menyentuh tanah, saya memohon : 'Ya Tuhan. Jika Engkau di sana, bimbing saya, bimbing saya. Dan beberapa saat kemudian saya bangkit mengangkat kepala saya dan saya perhatikan sesuatu. Tidak, saya tidak melihat sesuatu burung atau malaikat datang dari langit atau mendengar suara atau musik, juga tidak melihat cahaya atau kilatan. Apa yang saya lihat adalah sebuah perubahan dalam diri saya."

Saya sadar sekarang, lebih dari sebelumnya bahwa kinilah saatnya saya berhenti berbohong dan menipu diri sendiri, melakukan transaksi bisnis licik. Sekarang saatnya saya sungguh-sungguh menjadi seorang yang jujur dan pria yang lurus. Saya tahu sekarang apa yang harus saya lakukan. Jadi saya pergi ke lantai atas lalu mandi, membersihkan diri, dengan pikiran yang berbeda, menjadi orang yang berbeda, dengan membasuh semua dosa-dosa saya atas apa yang telah saya lakukan selama ini bertahun-tahun.  Dan sekarang saya datang dalam kehidupan yang baru dan menyegarkan. Sebuah kehidupan yang berpijak pada kebenaran dan pembuktian.
Sekitar pukul 11:00 pagi  saat itu, Saya berdiri di hadapan dua orang saksi, satu mantan pendeta yang dikenal dengan Pastor Jacob Petrus (Father Peter Jacob's), dan yang satunya lagi adalah Muhamad Abdul Rahman (Mohamed Abel Rehman) dan mengikrarkan kalimat sahadat (Kesaksian terbuka bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rosul Allah).

Istri dan Ayah Saya Ikut serta Masuk Islam

Beberapa menit kemudian istri saya menyusul dan mengikrarkan kalimat shahadat. Tapi sekarang dia disaksikan oleh tiga orang saksi (saya menjadi saksi ketiga). 
Ayah saya sedikit lebih berhati-hati dalam hal agama dan menunggu beberapa bulan sebelum beliau juga mengucapkan kalimat shahadat. Tapi akhirnya ia justru sangat berkomitmen untuk Islam dan mulai mengajak sembahyang berjamaah dengan saya dan Muslim lainnya di Masjid lokal. 
Anak-anak segera kami ambil dari sekolah Kristen untuk kami pindahkan ke Sekolah Islam. Dan sekarang sepuluh tahun kemudian mereka telah hafal banyak surah serta ayat-ayat suci Al-Quran serta memahami ajaran-ajaran Islam.
Ayah dari istri saya yang terakhir mengakui bahwa Jesus tidak bisa menjadi anak Tuhan dan pastilah dia seorang nabi dari Tuhan, tetapi bukan Tuhan. 

Sekarang berhentilah sejenak dan berpikir. Sebuah rumah tangga dan orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan kelompok etnis yang berbeda datang bersama-sama dalam kebenaran untuk belajar dan mengetahui bagaimana menyembah sang Pencipta, Pemelihara seluruh alam semesta. Pikirkan. Seorang Pastor Katolik. Seorang minister musik dan pendeta (minister of music and preacher). Seorang minister dan pendiri sekolah Kristen. Dan mereka semua masuk Islam ! Hanya berkat rahmat-Nya kami semua memperoleh bimbingan untuk melihat kebenaran nyata Islam tanpa penghalang lagi.  

Fenomena Para Pendeta pada Masuk Islam

Jika saya berhenti di sini, saya yakin bahwa anda pasti mengakui, setidaknya, ini cerita yang luar biasa bukan ? Setelah itu semua, tiga pemimpin agama dari denominasi terpisah, yang tadinya keyakinan mereka tampak saling berlawanan, semuanya sama-sama masuk ke dalam satu keyakinan yang sama dalam waktu yang bersamaan, dan segera setelah itu berada dalam satu rumah spiritual yang sama ?

Tapi itu belum semuanya. Ada lagi ! Di tahun yang sama, ketika saya berada di Grand Prairie, Texas (dekat Dallas)  saya berjumpa dengan seorang mahasiswa Seminary Baptis dari Tennessee bernama Joe, yang masuk Islam setelah membaca Qur'an di saat sedang mengikuti kelas BAPTIST SEMINARY COLLEGE!
Ada lagi yang lain. Saya ingat peristiwa seorang Pemimpin Katolik, di sebuah perguruan tinggi di kota, yang berbicara begitu banyak tentang kebaikan Islam dengan bersemangat sehingga mendorong saya untuk menanyakan padanya kenapa tidak masuk Islam saja. Ia menjawab : "Apa ? Dan saya kehilangan pekerjaan saya ?" - Namanya adalah Pastor John (Father John) dan ada harapan baginya.
Lagi ? Ya. Setahun kemudian saya bertemu seorang mantan Pastor Katolik yang telah menjadi misionaris selama 8 tahun di Afrika. Dia mempelajari Islam saat berada di sana dan kemudian masuk Islam. Ia mengubah namanya menjadi Omar dan pindah ke Dallas Texas.

Ada lagi ? Ya, sekali lagi, ada. Dua tahun kemudian saat berada di San Antonio, Texas saya diperkenalkan dengan seorang mantan Uskup Arch Gereja Ortodoks Rusia yang mempelajari Islam dan kemudian meninggalkan posisinya untuk masuk Islam.
Dan sejak saya menjadi 'pendeta'-nya Islam dan menjadi salah seorang pemimpin untuk kaum Muslim di seluruh Amerika dan bahkan di seluruh dunia, saya bertemu lebih banyak lagi individu-individu yang juga seorang pemimpin, pengajar, dan sarjana dari agama lain yang telah mempelajari Islam kemudian masuk Islam. Mereka berasal dari Hindu, Yahudi, Katolik, Protestan, Saksi Jehovah, Yunani dan Rusia Ortodoks, Kristen Koptik dari Mesir, gereja non-denominasi dan bahkan ilmuwan yang tadinya atheis.  
Mengapa ? Pertanyaan bagus. 

Saran untuk Mencari Kebenaran

Ijinkan saya untuk memberi saran bagi pencari kebenaran untuk melakukan SEMBILAN LANGKAH untuk memurnikan pikiran :
  1. Bersihkan pikiran, hati, dan jiwa baik mereka. 
  2. Hapuskan semua prasangka buruk dan persepsi yang salah.
  3. Baca terjemahan dan makna Qur'an yang baik dalam bahasa yang paling bisa dimengerti.(Lebih baik baca Quran yang diterjemahkan oleh ahlinya, yakni kaum Muslim sendiri yang paling mengetahui makna/tafsir Qur'an yang benar dan bukan oleh orang non muslim yang terjemahannya sangat bias, sembrono, semaunya, karena didasari oleh niat dan hati yang jahat.) (Kalimat dalam kurung adalah tambahan dari penerjemah).
  4. Luangkan waktu.
  5. Baca dan renungkan.
  6. Berpikir dan berdo'alah.
  7. Dan tetaplah mohon petunjuk pada Tuhan yang menciptakan anda saat pertama kali, untuk mendapat bimbingan ke arah kebenaran. 
  8. Tetaplah pada hal-hal di atas selama beberapa bulan. Dan lakukan itu secara teratur. 
  9. Di atas semuanya, jangan biarkan orang lain meracuni pikiran atau mempengaruhi anda di saat anda sedang dalam keadaan "jiwanya terlahir kembali." 
Selebihnya adalah urusan anda dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Jika anda sungguh-sungguh mencintai-Nya, maka Dia sudah tahu dan Dia yang akan menunjukkan jalan tergantung pada hati kita masing-masing.
Jadi, sekarang anda telah mendapat pengenalan awal dari cerita saya tentang bagaimana saya bisa masuk Islam dan menjadi Muslim. Ada lebih banyak lagi di Internet cerita seperti yang saya alami ini dan lebih banyak lagi gambaran yang tak kalah baiknya. Silakan luangkan waktu anda untuk mengunjungi situs-situs Islam yang baik, yang dikelola oleh kaum Muslim dan bukan situs yang berkedok Islam tapi menjelek-jelekkan Islam, musuh-musuh Islam, dan mari kita berbagi bersama dalam kebenaran berdasarkan bukti untuk memahami asal muasal kita dan tujuan hidup kita sebelum dan sesudah kita mati.

Dan sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada Anda yang telah mengirimi saya email pada hari ini. Jika anda tidak mengirim email itu sebelumnya, saya mungkin masih juga tidak menyelesaikan tugas saya untuk menuliskan cerita saya sekali lagi tentang bagaimana "Pendeta dan Pengkhotbah Kristiani Masuk Islam" ("Priest and Preachers Are Coming to Islam.")
Semoga Allah membimbing Anda dalam perjalanan Anda menuju kebenaran yang hakiki. Amin. Dan semoga Dia membuka pintu hati dan pikiran anda pada kenyataan dunia ini dan tujuan hidup ini, amin. 
Salam damai untuk anda dan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Pencipta dan Pemelihara semua yang ada di dunia ini. 
Temanmu,

Yusuf Estes