Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslim. Tampilkan semua postingan
Selalu Bangga Menjadi Seorang Muslim

Selalu Bangga Menjadi Seorang Muslim


Di antara nikmat yang tidak terhitung bagi kita semua adalah ni’matul wujud atau nikmat kehidupan. Bahwa kita dijadikan salah satu makhluk-Nya yang dimuliakan yang hidup di alam raya ini. Kehidupan ini memberikan kepada kita hak-hak yang luar biasa banyaknya setelah Allah Subhanhu Wa Ta'ala memberikan eksistensi/keberadaan diri kita dalam kehidupan.

Karunia kedua, ni’matul insan, fakta bahwa kita adalah manusia yang ditetapkan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan, keunggulan dalam struktur jasmani dan ruhani dibanding makhluk-makhluk lainnya.

Karunia ketiga, ni’matul ‘aql atau karunia akal. Allah Subhanhu Wa Ta'ala memberi kepada kita kemampuan membaca dan menulis, kemampuan untuk menjelaskan, kekuatan untuk memahami ayat-ayat-Nya yang tersurat dan tersirat, diantara ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis adalah fenomena di alam raya ini.

Lebih dari pada itu, ada karunia yang jauh lebih besar. Yakni,  ni’matul hidayah ilal Islam (karunia petunjuk menjadi seorang Muslim). Inilah nikmat yang paling mulia dan paling berharga.

Dan ini tidak Allah berikan kepada semua manusia, melainkan hanya kepada kita.

"Sesungguhnya kenikmatan beragama hanya Aku berikan kepada hamba yang Aku pilih dari hamba-hamba-KU yang shalih." (al Hadits).

Karena itu nikmat ini haruslah kita syukuri. Inilah jalan satu-satunya yang Allah berikan kepada kita agar kita mendapat kebaikan/kemuliaan di dunia dan di akhirat.

“Jika kamu mensyukuri nikmat-Ku, pasti akan Aku tambah. Tapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, ketahuilah bahwa adzab-Ku pasti pedih .” (QS. Ibrahim (14) : 7)

Mensyukuri nikmat hidayah Islam itu dengan beberapa cara.

Pertama, syukuri nikmat ini dengan menumbuhkan perasaan bahwa kita bangga dan mulia dengan beragama Islam. Kita harus merasa bangga, percaya diri bahwa kita adalah orang Islam. Katakan kepada semua orang dengan penuh kebanggaan, ”Saya adalah orang Islam. Saya adalah umat tauhid. Saya adalah umat al-Qur’an. Saya adalah umat Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.”


Dahulu para sahabat sangat bangga menjadi Muslim. Mereka mengatakan, ”Ayahku adalah Islam. Tiada lagi selain Islam. Apabila orang bangga dengan suku, bangsa, kelompok, marga, perkumpulan, paham mereka, tapi aku bangga nasabku adalah Islam.

Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga kami, bagian dari keluarga Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.”

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئاً وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"Katakanlah, Hai Ahli kitab marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Ali Imran (3) : 64).

Maka tatkala ia merasakan keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia, Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. "Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri." (QS. Ali Imran (3) : 52).

Kita harus bangga bahwa kita adalah Muslim. Karena faktanya bahwa Islam itu diturunkan sebagai misi di mana Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai Rasulnya, juga diturunkan ke muka bumi dengan tujuan menyebarkan kasih sayang. Karena itu kita haruslah bangga, karena kitalah yang dinanti-nanti/dirindukan oleh umat manusia. Kita rahmat bagi alam semesta ini. Kita bagaikan air yang dirindukan oleh orang yang haus dahaga. Kita adalah makanan yang sedang dimimpikan oleh orang yang lapar. Kita adalah thabib yang ditunggu-tunggu para pasien.

Fakta lain, kita harus bangga menjadi Muslim, adalah bahwa kita mempunyai kitab suci. Al-Qur’an sendiri telah menjamin bahwa kitab ini tidak mungkin ternodai. Tidak satu huruf atau titik pun yang akan merubah kesucian al-Qur’an yang sudah pasti di pelihara oleh Allah. Karena itu kebenaran al-Qur’an akan tetap abadi. Al-Qur’an yang ada di Indonesia adalah al-Qur’an yang ada dan dibaca oleh saudara-saudara kita di muka bumi lain. Al-Qur’an yang dicetak di Indonesia, Arab Saudi, Mesir adalah al-Qur’an yang dicetak di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita mempunyai alasan yang sangat kuat bahwa kitalah pihak yang paling berhak menyampaikan kebenaran dari Allah kepada seluruh umat manusia.

Menjadi rahmat

Kita adalah rahmat untuk seluruh umat manusia. Rahmat bagi yang jauh dan dekat. Rahmat dalam keadaan damai dan keadaan perang. Rahmat untuk Muslimin dan Muslimat. Rahmat untuk manusia dan binatang. Rahmat untuk Muslim dan non-Muslim. Rahmat untuk lingkungan sosial kita. Al-Quran sendiri yang terdiri dari 114 surat, semuanya diawali dengan bismillahirrahmanirrahim kecuali surat at Taubah. Ini menunjukkan bahwa sifat yang menonjol, dan melekat pada diri Allah Subhanhu Wa Ta'ala adalah Ar Rahman dan Ar Rahim. Rahmat-Nya agung, Rahmat-Nya selalu mengalir, membasahi seluruh alam. Panutan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam peri hidupnya memiliki sikap kasih sayang. Demikianlah Allah Subhanhu Wa Ta'ala memuliakan kita dengan Al-Qur’an dan Rasul-Nya.

Cobalah perhatikan, pernah dalam suatu pertempuran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyaksikan ada seorang perempuan yang ikut terbunuh. Lalu beliau mengatakan kepada para sahabatnya, ”Tidak mungkin perempuan ini ikut berperang sehingga ia tidak layak di bunuh.” Demikian rahmat Islam dalam peperangan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melarang umatnya untuk membunuh perempuan, anak-anak, orang tua, para pendeta, merusak tempat ibadah, memotong pohon. Perang adalah perkara yang sangat dibenci dalam Islam meskipun perang itu sebagai kenyataan yang dipaksakan dalam kehidupan. Itulah sebabnya Islam menjelaskan bahwa kita adalah rahmat untuk manusia sekalipun kita berperang.

Tidak ada manusia yang mencintai perang. Tidak ada manusia yang senang dengan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ada kesempatan untuk membunuh lawan-lawannya dalam peristiwa Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah), tapi itu tidak pernah dilakukan oleh beliau. Ketika seluruh orang Quraisy berkumpul di sekeliling masjidil Haram sebagai pihak yang kalah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka, ”Apa yang kalian duga yang akan saya lakukan kepada kalian?” orang-orang Quraisy itu tertunduk dengan mengatakan, ”Kami menduga engkau pasti akan melakukan sesuatu yang baik bagi kami karena engkau adalah saudara kami yang mulia (akhun karim),” Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan kepada mereka, ”idzhabu faantum thulaqa’. laa yatsriba ‘alaikumul yaum. (Hari ini tidak ada dendam. Hari ini kalian bebas semuanya. Pergilah semuanya, kalian bebas.

Lihatlah bagaimana Rasulullah memperlihatkan kasih sayang, ketulusan dan kecintaannya. Bandingkan dengan karikatur yang digambarkan oleh orang-orang Denmark tentang Rasulullah dengan kartun yang menggambarkan Rasulullah dikelilingi perempuan sambil menghunus pedang. Itu sangat berlawanan (kontradiktif) dengan kemuliaan dan kasih sayang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Karena ternyata fakta sejarah menunjukkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam justru mampu memunculkan rasa kasih sayang hingga dalam situasi beliau mampu melakukan apa saja terhadap musuh-musuhnya.

Bila kewajiban kita adalah mensyukuri nikmat Islam, maka kita harus bangga dengan Islam, dan itu artinya kita harus istiqamah dan konsisten serta konsekwen dengan ajaran Islam. Tidak cukup dengan kata-kata bahwa kita adalah Muslim, tapi kita harus mengamalkan apa yang diajarkan oleh Islam. Islam harus mewarnai kehidupan kita, dalam cara berpikir, bersikap, merasa, dan dalam seluruh gaya hidup kita semuanya. Islam sebagai pengarah tunggal dalam segala aspek kehidupan kita. Aspek ideologi, politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pertahanan keamanan.

Jika kehidupan ini tidak ditemani oleh Islam akan membuat pemburunya kecewa dan akan terjadi penyesalan sepanjang hayat.

Marilah kita jadikan Islam sebagai darah daging kita dan jati diri kita. Di sinilah rahasia kemuliaan, kejayaan dan kemenangan kita secara mikro dan makro. Tunjukkan keislaman kita dengan bentuk apa saja; kepribadian, perilaku, pekerjaan dan hubungan. Di mana saja dan kapan saja.  Sebab, jika orang Islam tak bangga dengan Islam-nya, di situlah salah satu indikasi awal kemunduran Islam terjadi. Wallahu a’lam.

Shalih Hasyim. Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah
Red: Cholis Akbar


Rating: 5
Tingkatkan Kualitas Kepribadian Muslim

Tingkatkan Kualitas Kepribadian Muslim


Meningkatkan Kepribadian Seorang Muslim

Islam, sebagaimana telah memerintahkan setiap Muslim untuk meningkatkan pemahamannya terhadap Tsaqafah Islamiyah agar dapat meningkatkan aqliyahnya sehingga mampu menilai segala jenis pemikiran yang dihadapi, ternyata Islam pun juga memerintahkannya untuk selalu menunaikan kewajiban, memperbanyak amalan sunnah, dan menahan diri dari hal-hal yang haram, makruh maupun syubhat sekalipun, dengan tujuan untuk memperkuat nafsiyahnya sehingga mampu mengesampingkan segala kecenderungan yang bertentangan dengan Islam. Semua ini ditempuh agar dapat meningkatkan kepribadian seorang Muslim dan membuatnya mampu berjalan ke tingkat yang lebih tinggi, serta yang terpenting adalah memperoleh keridhoan Allah Subhanhu Wa Ta'ala. baik di dunia maupun di akhirat.

Seluruh dunia saat ini sesungguhnya adalah musuh Islam dan kaum Muslimin. Pada kondisi seperti ini orang-orang kafir saling bantu-membantu dengan sesamanya. Mereka, dengan segala bentuk golongan atau sektenya, tengah melancarkan tipudaya terhadap kaum Muslimin baik siang maupun malam, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Mereka agaknya belum bisa tenang dan memejamkan mata, sebelum memadamkan cahaya Islam. Dalam hal ini mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghalangi tegaknya Daulah Islamiyah dan kembalinya Islam ke kancah kehidupan. Demikianlah keadaan orang-orang kafir dan para pendukungnya. Lalu, bagaimanakah gerangan menghadapi tipu daya musuh yang begitu hebat dan cobaan yang demikian dahsyat ini?

Sesungguhnya kebangkitan yang kita kehendaki dan berlangsungnya kehidupan Islam yang kita dambakan, haruslah melalui perjuangan yang terus-menerus dengan senjata pemikiran yang cemerlang dan harus melawan kekufuran itu sendiri beserta para pendukungnya yaitu para penguasa dan agen-agen yang menjajakan ideologi dan kebudayaan mereka. Selain itu harus didukung pula dengan jiwa yang bening, suci, luhur, dan mulia. Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali dengan memperkuat hubungan dengan Allah, Pemelihara alam semesta ini, meminta pertolongan-Nya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, serta menjadikan keridhaan-Nya sebagai dambaan tertinggi dalam kehidupan ini. Oleh karena itu kita harus menghidupkan jiwa dengan taqwa dan taat kepada Allah, yaitu dengan takut terhadap azab-Nya dan rindu akan Surga yang dijanjikan.

Seorang pengemban dakwah alangkah sangat membutuhkan sikap yang demikian. Yaitu sikap patuh kepada Allah dan istiqamah dalam menjalankan agama-Nya. Sebab, manakala ia berbuat demikian, niscaya dunia akan menjadi hina di matanya; kehebatan orang-orang kafir menjadi kecil di hadapannya; segala kesulitan akan menjadi mudah; ia pun akan sanggup menanggung derita dan gangguan dalam berjuang di jalan Allah; dan ancaman orang-orang kafir akan ia abaikan karena ingat janji Allah, dan sedikit pun ia tidak ragu bahwa kemenangan pasti akan tiba.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (Agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah akan menghapus amal-amal mereka. Ini dikarenakan mereka sungguh-sungguh membenci apa yang diturunkan Allah (Al Qur’an) lalu Allah menghapus (pahala-pahala) amal perbuatan mereka. Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka. Allah menghancurkan mereka dan orang-orang kafir itu akan menerima (akibat) semisal mereka. Hal itu disebabkan karena Allah adalah pelindung orang-orang beriman dan orang-orang kafir itu tidaklah memiliki pelindung.” (Terjemah Makna Qur’an Surat Muhammad 7-11)

Tulisan berikut mengetengahkan amalan-amalan taqarrub kepada Allah dan bentuk-bentuk ketaatan yang akan menciptakan suasana imani bagi para pengemban dakwah dan menambah kesadaran akan hubungan mereka dengan Allah. Dengan suasana yang penuh iman seperti ini diharapkan dapat memperkuat jiwa seorang pengemban dakwah serta menjadikannya mampu memperturutkan kecenderungan-kecenderungannya agar sesuai dengan perintah dan larangan Allah.

Dengan demikian akan tercipta keserasian hubungan antara aqliyah dan nafsiyahnya sehingga akan membentuk kepribadian seorang pengemban dakwah sebagai kepribadian agung nan unik, di mana aqliyah dan nafsiyahnya bertolak dari sumber yang sama, dan kedua-duanya bersandar pada satu landasan, yaitu Aqidah Islamiyah. Bersabda Rasulullah Saw.:

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sebelum memperturutkan hawa nafsunya kepada apa yang aku bawa ini” (Hadits Riwayat Imam Nawawi)

Rajab 1411 H/ Januari 1991 M
Fauzi Sanqarith
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah

Taqarrub Kepada Allah
Kunci Sukses Pengemban Dakwah
Oleh: Fauziy Sanqarith
Penerbit: Daarun Nahdlah Al-Islamiyah


Rating: 5