Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muslimah. Tampilkan semua postingan
Wasiat Rasulullah Kepada Aisyah

Wasiat Rasulullah Kepada Aisyah

Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Aisyah Aisyah radhiyallahu 'anha
 ‘Aisyah r.’a meriwayatkan : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini…”

Intisari wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.

Di antara sebab-sebabnya ialah mereka itu :

    Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah

    Tidak memuji Allah Subhanhu Wa Ta'ala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.

    Mengkufuri nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah

    Memperbanyak kata-kata yang sia-sia, banyak bicara yang tidak bermanfaat.

Wahai, Aisyah, ketahuilah :

    Bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah

    Bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.

    Bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya pada hari kiamat.

    Bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suami-nya di tempat tidur atau menyusah-kan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka.

    Bahwa wanita yang mengerjakan sholat dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sholatnya.

    Bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun;

    Bahwa wanita yang berzina akan dicambuk di hadapan semua makhluk di depan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan delapan puluh cambuk dari api.

    Bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.

    Bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritanya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya.

    Bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.

Allahumma Amin.


Sumber: Arrahmah
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Bagaimana Peranan Bagi Seorang Istri

Bagaimana Peranan Bagi Seorang Istri

Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bersabda :

” Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah”.

Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah Subhanhu Wa Ta'ala., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah Subhanhu Wa Ta'ala. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.

Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang wanita muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertaankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah Subhanhu Wa Ta'ala.

Ketika seorang wanita muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah Subhanhu Wa Ta'ala. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:

” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32).

Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah Subhanhu Wa Ta'ala. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:

“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)

Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rasulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.

Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bersabda :

” Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)

Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) talah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.

Aisyah r.a. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab ra, istri ketujuh dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.,

”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rosulullah dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab r.a., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.

Seperti kebesaran wanita-wanita muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.

Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bersabda :

“ Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan”. (Al Bukhori, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad).

wallahu a’lam bish showab..

(Muslimahzone.com)
Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Wahai Muslimah, Kembangkanlah Dakwah

Wahai Muslimah, Kembangkanlah Dakwah

Wahai Muslimah, Jadilah Pendukung Dakwah yang Gagah." Kunanti engkau harap-harap cemas, di antara sekian harapan yang mampu menyemai kekuatan dalam diri. Ya, inilah perasaan khas wanita, seorang calon ibu. Apalagi ketika harus merelakan ayahmu pergi mengikuti pelatihan dakwah tugas dari lembaga, kala detik-detik kelahiranmu telah menunggu hari. Maka, siapakah lagi yang mampu kupintai penjagaan terbaik kalau bukan Dia semata?

Kucoba mengenang peran para shahabiyah, wanita-wanita teladan produk madrasah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lolos menjadi pendukung dakwah karena kegagahannya.

Khadijah yang Gagah

Khadijah, wanita utama itu terpilih menjadi saksi beratnya dakwah di masa awal Islam. Ia memandang dengan gagah ketika suaminya memilih ber-uzlah di Goa Hira’ sekian lamanya, tanpa banyak bicara, apalagi banyak protes.

Ia mendukung suaminya, tanpa banyak merecokinya dengan banyak pertanyaan, apalagi permintaan. Justru disediakannya setiap kebutuhan dan dikirimkannya lewat utusan dengan sebaik-baiknya. Maka wajar jika Rasulullah terkenang sedemikian dalam akan sosok Khadijah.

Berikutnya madrasah Rasulullah melahirkan wanita-wanita perkasa, yang harus jujur diakui, peran mereka dalam perjuangan Islam jauh melebihi apa yang diperjuangkan oleh para feminis akan kesetaraan jender akhir-akhir ini. Jauh sekali.

Maka, apalah artinya Aminah Wadud yang bangga menjadi imam dan khatib shalat Jum’at? Bukankah dahulu seorang wanita pernah protes kepada Rasulullah kenapa wanita tidak mendapat giliran kewajiban ikut menikmati kemuliaan jihad? Hingga telah tercatat nama-nama perempuan pemberani di medan laga.

Walaupun Allah dan Rasulullah tidak mewajibkannya, namun harumnya surga telah menarik hati mereka untuk ikut bertempur. Dan yang mereka lakukan semata-mata ingin mendapatkan kemuliaan di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sekadar ingin menaikkan harga diri.

Jadi, untuk apa setiap wanita berlomba-lomba keluar rumah atas nama emansipasi? Jika proses belajar itu dilakukan untuk mencari bekal agar dapat mendukung perannya sebagai pemegang kunci peradaban, sungguh itu mulia. Namun, jika hanya dilakukan untuk pemuasan diri, kemudian menjadikannya alasan meninggalkan rumah untuk mengamalkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah agar tidak sia-sia, dan membayar setiap penjagaan dan perawatan anak kepada pembantu, apakah hal itu cukup sebanding?a

Kerja Keras Asma   

Jika  setiap rezeki yang dihasilkan dari tangan wanita (istri) telah membuat kita berbangga diri dan meremehkan posisi suami, sehingga berkurang ketaatan dan penghormatan padanya, maka bayangkanlah apa yang terjadi pada Asma binti Abu Bakar.

“Zubeir menikahiku sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali kudanya. Akulah yang mengurusnya dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma, mencari air, dan mengadon air. Aku juga mengusung kurma yang dipotong oleh Rasulullah dari tanahnya Zubeir yang aku sunggi di atas kepalaku sejauh dua pertiga farsakh.”

“Pada suatu hari tatkala saya sedang mengusung kurma di atas kepala, saya bertemu dengan Rasulullah bersama seseorang. Beliau memberi isyarat dengan maksud agar aku naik kendaraan di belakangnya, namun saya merasa malu dan saya ingat Zubeir dan rasa cemburunya, maka beliau berlalu.”

“Tatkala saya sampai di rumah, aku kabarkan hal itu kepada Zubeir. Dia berkata, ‘Demi Allah, engkau mengusung kurma tersebut lebih berat bagiku daripada engkau mengendarai kendaraan bersama beliau.’”

Kemudian Asma berkata, “Sampai akhirnya Abu Bakar mengirim pembantu setelah itu, sehingga saya merasa cukup untuk mengurusi kuda, seakan-akan dia telah membebaskanku.”

Tangan Zainab

Jika setiap kelebihan rezeki yang dilewatkan tangan para istri ternyata hanya membawa kesombongan dan hura-hura karena merasa mampu mencukupi kebutuhan sendiri, maka lihatlah Zainab binti Jahsy. Bukankah ia yang dikatakan Rasulullah sebagai wanita yang paling panjang tangannya?

Aisyah berkata, “Aku tidak melihat seorang pun yang lebih baik dien-nya dari Zainab, lebih bertakwa kepada Allah, dan paling jujur perkataannya, paling banyak menyambung silaturrahim, dan paling banyak sedekah, paling sungguh-sungguh dalam beramal dengan jalan sedekah dan taqarrub kepada Allah.”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada para istrinya, “Orang yang paling cepat menyusulku di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.”

“Maka apabila kami berkumpul, sepeninggal beliau kami mengukur tangan kami di dinding, untuk mengetahui siapakah yang paling panjang tangannya di antara kami. Hal itu kami lakukan terus hingga wafatnya Zainab binti Jahsy, kami tidak mendapatkan yang paling panjang tangannya di antara kami. Maka ketika itu barulah kami mengetahui bahwa yang dimaksud dengan panjang tangan adalah banyak sedekah. Adapun Zainab  bekerja dengan tangannya menyamak kulit kemudian dia sedekahkan di jalan Allah.”

***

Maka kupintakan setiap penjagaan atasmu. Banyak wanita yang kehilangan jati diri. Harga diri mereka tinggikan dengan cara menggugat Al Qur’an dan hadits. Sedangkan kehebatan, mereka ukur dengan kepuasan-kepuasan semu atas nama pemberdayaan perempuan dan hak-hak reproduksi perempuan.

Jika kemuliaan yang mereka harapkan, maka kemuliaan yang manakah yang mereka usahakan saat ini? Setarakah usaha mereka menggugat Al-Qur`an dan hadits dengan perjuangan perempuan-perempuan di Palestina itu? Sebandingkah keringat mereka dengan keringat Asma yang mempersembahkan cucurannya menjadi pendukung suaminya? Dan semuliakah harta mereka dibanding harta Zainab yang dengan tangannya menyamak kulit untuk disedekahkan di jalan Allah?

Ya, engkau lahir perempuan, dini hari, tatkala zaman telah makin akhir. Fitnah-fitnahnya semakin nyata. Kukenang kegagahan Asma binti Abu Bakar. Kukenang pula pengayoman Khadijah atas suaminya. Kukenang keberanian para syahidah. Sungguh, kita butuh banyak perempuan tangguh yang siap mendukung para laki-laki beriman berjuang di jalan-Nya.

Zaman menunggumu, anakku. Islam memuliakanmu sebagai wanita. Karena itu, tak ada alasan bagimu menggugatnya.

Engkau hanya perlu mempersembahkan dirimu untuk mendukung penuh setiap geliat perjuangannya. Engkau boleh bangga dengan ke-Islamanmu. Tapi apakah Islam pasti bangga dengan dirimu? Itu yang harus engkau persiapkan.

Cinta butuh bukti. Iman butuh amal. Karena itu, jadilah Muslimah yang membanggakan Islam. Jadilah engkau, pendukung dakwah yang gagah. Semoga engkau bisa turut menjadi penolong agama Nabi Muhammad. Amin.*/Tulus Kurniawati  

Rep: Sahid
Red: Cholis Akbar
Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Wahai Muslimah, Jagalah Akhlakmu?

Wahai Muslimah, Jagalah Akhlakmu?

Wahai Muslimah, Jagalah Kesantunan Anda!." Selasa, 5 April 2011, adalah hari yang “menarik” perhatian saya. Ketika saya di ajak kawan kantor untuk mampir ke suatu tempat di kawasan Jakarta selatan, sekedar untuk melepaskan penat karena aktivitas yang lumayan padat dan menghilangkan rasa ngidam nya akan makanan yang bikin klenger, alias burger, tidak jauh dari tempat saya duduk, saya melihat sosok wanita cantik, manis dan ia berhijab. Lantas apa yang “menarik” perhatian saya?

Agak terkejut ketika saya melihat ada sebatang rokok menempel di sela-sela jemarinya. Perlahan saya amati betapa nikmat dan tenangnya ia mengisap rokok yang ada di tangannya di depan umum sambil bercengkrama dengan kawan-kawannya. Hmm.. entah mengapa, saya agak terusik dengan tingkah wanita ini.

Meski saya tahu, merokok adalah hak masing-masing orang, tapi nampak tak pas saja pemandangan itu di mata saya, terlebih ada orang di sebelah saya terdengar mengatakan “itu cewek pake jilbab ko ngerokok ya?”, dan lantas teman di sebelah nya menjawab “makanya sekarang ga jamin, cewe jilbab, kadang cuma kedok doang ato cuma ikut trend..”. Bisikan itu semakin membuat saya kurang nyaman berada di tempat tersebut.

Kawan saya bingung, melihat saya hanya menatap 1 titik saja, tak berkedip dengan wajah penuh keheranan.

“Kenapa Mbak, bengong gitu,” tanya kawan saya, “Hmm.. nggak itu cewek ko asyik banget ya, berhijab, kemudian ngerokok dengan santai pula di depan umum,” jawab ku.

“Ya ampun, udah, santai aja..” katanya. Namun sayang, saya bukan tipe orang yang bisa santai melihat hal ini. Ada perasaan risih. Karena saya berhijab dan kawan saya pun berhijab. Untunglah saya punya jeda untuk berpikir apa yang ingin saya lakukan melihat kejadian tersebut.

 Tidak lama, setelah saya berpikir apa yang ingin saya lakukan, saya memutuskan untuk menulis di secarik kertas untuk wanita tersebut

”Mbak yang baik dan cantik, mohon maaf sekali, sekiranya mbak berkenan, mohon tidak merokok di depan umum ya, kurang pas rasanya..” sambil memberikan senyuman di akhir tulisan. Dengan bismillah dalam hati, saya meminta tolong waitress untuk memberikan kertas itu kepada wanita tersebut.

Pandangan saya belumlah beralih kearah lain. Saya masih menunggu respon wanita itu. Tidak lama, wanita itu menengok kearah saya dan melemparkan senyuman sambil memberikan jempol. Ia pun langsung mematikan rokoknya dan melanjutkan perbincangan bersama kawan-kawannya.

“Alhamdulillaahh..” gumam saya dalam hati sambil mengelus dada, dan membalas senyum wanita itu. Saya hanya berpikir, semoga saja senyum dan acungan jempolnya, merupakan tanda ia menerima apa yang saya sampaikan melalui secarik kertas tersebut. Tidak lama setelah itu, saya bersama kawan saya beranjak pergi dari tempat tersebut karena sudah cukup malam bagi kami berdua dan sudah cukup pula bagi kami menghilangkan penat ini. Kami beranjak pulang, dan meninggalkan tempat itu dengan senyum, sungguh indah.

Hijab kita

Wahai sahabat ku yang baik, sekilas cerita di atas semoga bisa di cerna dengan baik oleh sahabat semua. Bisa jadi apa yang saya lakukan kepada wanita tersebut, salah menurut sahabat semua, atau bisa jadi benar. Namun terlepas dari benar atau tidaknya yang saya lakukan, saya hanya ingin menyampaikan bahwa adalah tanggung jawab kita semua (terutama para muslimah) untuk menjaga kesantunan dalam Islam.

Saya pribadi meyakini, ketika saya menjaga kesantunan dan hijab saya, sesungguhnya saya tidak hanya menjaga harga diri saya sendiri, tapi juga saudari-saudari muslimah lainnya yang juga mengenakan hijab dan lebih dari pada itu menjaga nama baik Islam.

Sekali saja saya berbuat atau bertingkah di luar koridor kebaikan dan kesantunan, orang lain bukan hanya menilai diri saya sendiri, tapi ironi nya juga men-generalisasi wanita muslimah lainnya. Contoh seperti kasus di atas tadi, mungkin hanya satu orang wanita berhijab yang “merokok”, tapi orang lain langsung berpendapat “Sekarang hijab hanya jadi kedok saja, dan gak jaminan.” Istilahnya, hanya karena 1 orang, semua wanita berhijab bisa jadi sasaran salah-nya. Ibarat gara-gara nila setitik, rusaklah susu sebelanga.

Wahai sahabat ku yang baik, saya sangat mahfum, jika ada pendapat “Ya itu kan hak masing-masing orang, mau melakukan apapun.” Betul. Namun bijak-nya betapa kita masih punya beribu alasan atau pilihan untuk memilih hal yang lebih baik.

Meski saya dan kita semua masih sangat jauh dari sebuah kesempurnaan sebagai seorang muslimah yang mungkin dinilai baik. Namun selayaknya lah mari sama-sama kita terus saling mengingatkan dan mengupgrade diri menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin, menjaga diri sendiri, dan juga Islam.

Memang tidak mudah, namun bukan pula sesuatu yang sulit, jika kita terus berusaha. Karenanya puncak dari kenikmatan bagi saya salah satunya adalah ketika mencapai titik kebaikan, karena jalan menuju nya, penuh dengan rintangan dan tidak jarang juga menerima cibiran dan sindiran.

Seorang ulama pernah mengatakan, “Al-Islamu mahjubun bil muslimin” (Islam terhijab/tertutupi oleh perilaku umat Islam sendiri. Karena itu, marilah kita ikut menjaga Islam ini. Caranya, ya menjaga perilaku kita sendiri.

Wahai sahabat ku yang baik, Tak ada niatan bagi saya untuk menunjukan atau memamerkan sebuah ketaataan atau kesantunan. Semua akan menjadi tak ada arti, semu dan penuh fatamorgana ketika saya menyampaikan hal ini dengan jubah penuh riya'.

Harapan saya hanya satu, semoga melalui tulisan ini, sahabat semua mendapatkan insight yang lebih baik, dan mempunyai prihatin yang besar terhadap Islam. Saya mulai merenungi, bahwa seringkali saya prihatin berlebihan pada hal-hal duniawi, namun apakah sama keprihatinan saya terhadap kemunduran Islam?

Sebagai penutup, salah satu ciri muslimah yang baik adalah memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah).  Selain itu, muslimah berkarakter, ia akan selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusilasi.

Semoga peristiwa ini bisa menjadi perenungan yang sama bagi sahabat-sahabat semua.

Riri Artakusuma. Tinggal di Ciputat, Jakarta
Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah
Foto: ilustrasi
Red: Cholis Akbar


Rating: 5
Menjadi Wanita Shalihah, Sangat Penting

Menjadi Wanita Shalihah, Sangat Penting

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..

Aku menjawab…

Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..

Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?

Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…

Aku menjawab…

Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..

Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?

Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?

Aku menjawab…

Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.

Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka.. Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..

Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..

Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?

Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?

Aku menjawab…

Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.

Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?

Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?

Pada akhirnya, akupun menjawab…

Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..

Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…

Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…

Seberat itukah?

Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…


dakwatuna.com
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5