Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Dakwah Bagaikan Sebuah Cinta

Dakwah Bagaikan Sebuah Cinta

Dakwah Adalah Cinta

Teringat kembali aku akan nasehat , Ust. Rahmat Abdullah, tentang dakwah…

Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

 Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

 Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

 Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

 Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

 Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

 Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

 Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

 Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

 Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

 Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh riya' memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang…

 “ Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)


Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah
Gambar : cahayaa-mataa.blogspot.com



Rating: 5
Efektif Komunikasi Dalam Berdakwah?

Efektif Komunikasi Dalam Berdakwah?


Sudah Efektifkah Komunikasi Kita dalam Berdakwah?." Di antara sifat Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang menonjol adalah Al-Hakim (Maha Bijaksana). Dia Maha bijaksana dalam perintah dan larangan-Nya. Seorang muslim yang kecipratan sifat-Nya ini akan menggabungkan akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati nurani yang bersih. Hikmah terkadang dimaknai sebagian orang dengan filsafat. Padahal hikmah adalah inti filsafat, lebih halus dari filsafat. Filsafat hanya dijangkau oleh orang yang terlatih kecerdasannya dan lebih tinggi cara berpikir. Sedangkan hikmah bisa dipahami oleh orang awam dan tidak bisa terbantahkan oleh ilmuan. Hikmah tidak sebatas ucapan verbal, tetapi jelmaan dari tindakan dan akal budi.

Imam Syafii dikenal memiliki qoul qadim (fatwa lama) dan qaul jadid (fatwa baru). Ini menunjukkan kedalaman ilmu syariah (tafaqquh fiddin) dan pemahaman terhadap obyek dakwah (fiqh dakwah).

Beliau mengatakan, Memahami syariat merupakan fann (ilmu) tersendiri dan cara mengkomunikasikannya merupakan fann yang lain.

Ketika seorang komunikator Allah Subhanhu Wa Ta'ala (dai/muballigh) itu matang secara spiritual maka yang keluar dari lisannya adalah qaulan tsaqila (ucapan yang berbobot), (al-Muzzammil (73) :5), qaulan layyina (ucapan yang lembut) (Thaha (20) : 44), qaulan tsabita (ucapan yang meneguhkan), (Ibrahim (14) : 27), qaulan ma’rufa (ucapan yang dikenali hati), (al-Baqarah(2) : 263), qaulan karima (ucapan yang mulia), (al-Isra (17) : 23), qaulan sadida (ucapan yang tepat), (al-Ahzab (33) : 70) qulan baligha (ucapan yang memiliki ketinggian nilai sastra), (an Nisa (4) : 63), qulan maisura (ucapan yang mudah dan memudahkan), (al-Isra (17) : 28).

Stigma negatif yang dicitrakan oleh pihak tertentu terhadap Islam belakangan ini, diantaranya diakibatkan oleh pelaku dakwah yang dangkal pemahaman keislamannya dan picik (sempit pandangan dan sempit dada) dalam memahami realitas medan dakwah (maidanud dakwah).

Dahulu, para muballigh yang dikirim di kepulauan Nusantara ini sejak zaman Umar bin Khathab, mereka menjalankan misi dakwahnya sukses secara damai. Sekalipun Indonesia kala itu masih dipengaruhi Hindu dan Budha. 

Di antara faktor utamanya mereka dikenal faqih fiddin, pula memahami secara mendalam dimana materi dakwah itu dikomunikasikan.

Abu Bakar Ash Shiddiq sukses memerangi kaum murtaddin, meredam gejolak dan pergolakan yang terjadi, karena khalifah yang pertama ini disamping faqih fiddin pula pakar ilmu ethnologi (ahli di bidang etnis, bagian dari ilmu manejemen). Beliau memahami suku mana yang perlu digertak dengan paksa, diplomasi dan suku mana yang memerlukan pendekatan individual (dakwah fardiyah).

Berikut sebelas alasan agar kita bisa meneladani kebijaksanaan para pendahulu kita yang shalih (salafus shalih) dalam berdakwah :

Pertama, tafqquh fiddin (mendalam dalam pemahaman keagamaan)

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah (9) : 122).

Kedua, ikhlas dalam berdakwah

ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَن يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْناً إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُو

“Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad) “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (QS. Asy Syura (42) : 23).

Pesan Nabi kepada Muadz bin Jabal ke negeri Yaman. "Murnikan motivasi dirimu, maka cukup bagimu amal yang sedikit." (al-Hadits)

Ketiga, memahami obyek dakwah

“Barangsiapa yang mengetahui bahasa suatu kaum, ia aman dari makar mereka, “ demiian kata pepatah Arab.

“Berbicalah kalian kepada mereka sesuai dengan kadar berpikir mereka.” (Al-Hadits)

Keempat, menjadikan diri sebagai mushaf berjalan, alat peraga dakwah, (uswah dan qudwah bagi yang didakwahi)

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?.” (al-Baqarah (2) : 44).

Kelima, mengikat hati (dakwah fardiyah) dengan kasih sayang sebelum menjelaskan sesuatu

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِي

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS: al-Anbiya (21) : 107)

Keenam, mengenalkan sebelum membebani secara konstan

“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS: Yusuf (12) : 39-40)

Ketujuh, mempermudah bukan mempersulit

“Permudahlah, jangan dipersulit, besarkan hati jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari).

Kedelapan, mendahulukan yang prinsip sebelum cabang

Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” [QS: Saba (34) : 46)

Berdua-dua atau sendiri-sendiri maksudnya ialah bahwa dalam menghadap kepada Allah, kemudian merenungkan keadaan Muhammad s.a.w. itu Sebaiknya dilakukan dalam keadaan suasana tenang dan ini tidak dapat dilakukan dalam keadaan beramai-ramai.

Kesembilan, membesarkan hati sebelum memberi ancaman

“(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, maka Dialah yang menunjuki Aku, Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat." (QS: Asy Syu’ara (26) : 78-82).

Kesepuluh, mendidik bukan menelanjangi

“Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku agar kalian saling tawadhu’ (rendah hati), sehingga tidak ada seorang pun yang sombong terhadap yang lain, dan tidak ada seorang pun yang berbuat zhalim kepada yang lain.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Kesebelas, memposisikan diri bagaikan orangtua bagi anak, guru bagi murid, mursyid bagi salik (penempuh jalan menuju-Nya), panglima bagi prajurit, pemimpin bagi jamaah, kakak bagi adik.

“Aku diutus untuk menjadi guru yang mempermudah jalan bagi murid (menuju Allah SWT).” (al-Hadits).. *

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
oleh: Shalih Hasyim
Red: Cholis Akbar
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Makna dan Tujuan Dakwah Menurut Islam

Makna dan Tujuan Dakwah Menurut Islam


Secara kebahasaan kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yang akar katanya adalah da’â – yad’û – da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.

Dakwah dalam pengertian bahasa ini menimbulkan makna ganda yang dapat diartikan menyeru kepada sesuatu yang bersifat negatif juga dapat berarti mengajak kepada sesuatu yang bersifat positif.

Ajakan yang mengarah kepada yang negatif sudah pasti subyeknya adalah syaitan dan orang-orang yang mengikuti sepak terjangnya.

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu) karena sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. faathir (35) : 6)

“Yusuf berkata : Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”. (QS. Yusuf (12) : 33)

Adapun panggilan yang bersifat positif, subyeknya adalah Allah Allah Subhanhu Wa Ta'ala., para Nabi dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman.

“… sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan seizin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran” (QS. al-Baqarah (2): 221)

“Dan Allah menyeru (manusia) ke darus salam (surga) . . .” (QS. Yunus (10): 25)

Dakwah menurut pengertian terminologi dikemukakan oleh para ahli antara mengatakan bahwa dakwah adalah mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk, menyeru mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah mereka terhadap perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sebahagian mengatakan bahwa Dakwah Islam adalah mengajak umat manusia dengan hikmah dan kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Selanjutnya ada juga membagi pengertian dakwah dari dua sudut tinjauan. Pertama Pengertian Dakwah secara umum, yakni suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu. Kedua pengertian Dakwah menurut Islam, ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jadi makna dakwah secara kebahasaan adalah selain ajakan kepada sesuatu yang baik juga berarti ajakan kepada sesuatu yang buruk. Apabila ditinjau dari segi terminologi maka dakwah mengandung arti seluruh aktivitas manusia yang dilaksanakan secara sadar dan terencana yang bertujuan merubah pola pikir dan tingkah laku manusia secara dinamis ke arah yang lebih baik, sehingga terwujud kebahagiaan dan kedamaian manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Makna dan Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah

Tujuan dakwah adalah menjadikan manusia muslim mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan menyebarluaskan kepada masyarakat yang mula-mula apatis terhadap Islam menjadi orang yang suka rela menerimanya sebagai petunjuk aktivitas duniawi dan ukhrawi.

Kebahagiaan ukhrawi merupakan tujuan final setiap muslim. Untuk mencapai maksud tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan
penuh optimis melaksanakan dakwah.

Oleh karena itu seorang da`i harus memahami tujuan dakwah, sehingga segala kegiatannya benar-benar mengarah kepada tujuan seperti dikemukakan di atas. Seorang da`i harus yakin akan keberhasilannya, jika ia tidak yakin dapat menyebabkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan di bidang dakwah.

Sejarah perjuangan umat Islam dalam menegakkan panji-panji Islam pada dasarnya seluruh golongan dalam Islam sepakat memperjuangkan dan merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia. tetapi kenyataan menunjukkan hal yang berlawanan. Berubah kepada pencapaian kekuasaan golongannya sendiri sehingga menimbulkan persaingan dan pertentangan di antara golongan itu sendiri. Dalam masalah bisnis terlihat adanya transaksi yang sering menguntungkan di satu pihak sementara pada pihak lain dirugikan. Inilah akibat yang ditimbulkan oleh orang yang tidak memahami hakikat perjuangan suci.

Disinilah letaknya mengapa tujuan dakwah itu perlu diperjelas agar menjadi keyakinan yang kokoh untuk menghindari terjadinya salah arah. Tujuan dakwah hakikatnya sama dengan diutusnya nabi Muhammad saw. membawa ajaran Islam dengan tugas menyebarluaskan dinul haq itu kepada seluruh umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Allah Subhanhu Wa Ta'ala.

Berikut akan diuraikan tentang tujuan dakwah :

Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar agar dapat hidup sejahtera di dunia maupun di akhirat.
Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Allah Subhanhu Wa Ta'ala.
Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang gawat yang meminta segera penyelesaian dan pemecahan.
Menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat.

Jadi inti dari tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan dakwah adalah keridhaan Allah Allah Subhanhu Wa Ta'ala. dimana obyek dakwah tidak hanya terbatas kepada umat Islam saja, tetapi semua manusia bahkan untuk semua alam. Dari sudut manapun dakwah itu diarahkan, maka intinya adalah amar ma`ruf nahyi munkar yang bertujuan untuk merubah dari sesuatu yang negatif kepada yang positif, dari yang statis kepada kedinamisan sebagai upaya merealisasikan kebahagiaan dunia dan akhirat.

http://abdain.wordpress.com/
gambar oleh http://shareilmuzone.wordpress.com
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Pengertian Dakwah Secara Singkat

Pengertian Dakwah Secara Singkat


Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah (Q.S. Yusuf : 108). Yaitu jalan menuju Islam. Q.S. Ali Imran : 19.

Artinya : Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf : 108).

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (Q.S. Ali Imran : 19)

Dari sisi lain, dakwah adalah upaya tiap muslim untuk merealisasikan (aktualisasi / fungsi kerisalahan dan fungsi kerahmatan.

Fungsi kerisalahan bearti meneruskan tugas Rasulallah (Q.S. Al – Maidah 167) menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia (Q.S. Ali Imran 104, 110, 114).

artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Maidah 67).

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran : 104).

Artinya : Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ali Imran : 114.

Adapun fungsi kerahmatan berarti upaya menjadikan (mengejawantahkan, mengaktualisasikan, mengoperasionalkan) Islam sebagai rahmat (penyejahtera, pembahagia, memecah persoalan bagi seluruh manusia. (Q.S. Al-Anbiya' : 107).
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

http://nanonoa.blogspot.com/
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5
Jadikan Dakwah Sebagai Poros Kehidupan

Jadikan Dakwah Sebagai Poros Kehidupan

Kenapa dakwah anda terasa selama ini jenuh, membosankan dan mungkin anda beberapa kali mengalami penurunan dalam aktivitas? Bisa jadi penyebabnya, kita tidak menjadikan dakwah itu menjadi sebuah kesenangan alias habit kita. Orang yangserius dalam dakwahnya ia pasti adalah orang yang berani memberikan inspirasi, percobaan dan bertindak untuk memaksimalkan kesenangannya.

Sayangnya dipertengahan jalan ketika dakwah itu sudah berjalan, tak sedikit pejuang yang futur, sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan bahkan hilang dari arena dakwah. Ada yang berucap dakwah seperti itu sudah usang, terlalu mustahil, ingin mengejar harta dan prestasi, dan berbagai pernyataan-pernyataan yang berbalik 180% dari dahulu kala.

Ternyata banyak orang yang tidak bisa menjalankan aktivitas mulia ini, banyak orang yang tidak mau menyenangkan dirinya dengan dakwah. Padahal jalan kehidupan ini hany berada dalam kehidupan hingga kematian. Maka, seharusnya kita harus menjadikan dakwah sebagai nikmat kehidupan.

Ingat!

Dakwah dan tidaknya kita pasti kita berada dalam kematian. Begitu juga anda dan saya.

Maka poin terpenting adalah mulai sadarilah bahwa kita harus berprinsip bahwa kita membutuhkan dakwah. Karena dengan demikian kita bisa memastikan kebaikan di dunia, memperjuangkan sebuah gagasan yang mulia, kemudahan dalam pertolongan-Nya dan pertimbangan Yang Maha Kuasa dalam memutuskan perkara yang terbaik bagi kita.

Penuhilah dakwah itu dengan hati yang riang, gembira dan semangat. Hidupkan ia dengan kreativitas, perjuangan tanpa henti dan suburkanlah ia dengan banyaknya orang yang sadar dakwah. Pada akhirnya kita akan menemukan kemegahan, kerinduan terus menerus dan kecanduan untuk terus menelurkan semangat islam kepada siapa pun.

Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)

Kalau kita serius dalam proyek besar ini, maka hasil yang kita dapatkan dan selama proses aktivitasnya akan penuh aroma kesenangan. Sehingga bagi anda yang seorang mahasiswa maka Allah Subhanhu Wa Ta'ala akan memudahkan langkahnya Bagi anda yang memiliki bisnis maka Allah memberikan hasil bisnis yang halal dan penuh barokah.

Jadi, katakan dengan jiwa yang bersungguh-sungguh mulai hari ini akulah yang akan memberikan dakwah dengan kesenangan, kebaikan dan totalitas dalam perjuangan. Insya Allah hidup kita penuh berkah.

Rizqi Awal

(Trainer Wisata Surga, Pengisi Islam dalam Wacana Politik 100.4 KLCBS FM)

Layanan tanya-jawab seputar motivasi hubungi via email: picteam.training@gmail.com atau fb di facebook.com/rizqiawal
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah


Rating: 5